CURITIBA, Kompas.com — Aljazair berusaha mencetak sejarah baru di ajang Piala Dunia. Catatan sejarah itu tak muluk, lolos ke putaran 16 besar. Untuk itu, pasukan pimpinan pelatih Vahid Halilhodzic ini tidak boleh kalah dari Rusia pada laga terakhir Grup H di Curitiba, Kamis (26/6/2014) atau Jumat (27/6) dini hari WIB.

”Ini adalah satu dari laga paling penting sepanjang karier saya. Ini adalah laga yang bisa menuliskan sebuah babak baru dalam sejarah negara kami dan itulah yang ada dalam kepala kami,” ungkap Yacini Brahimi, gelandang Aljazair berusia 24 tahun kelahiran Perancis, Selasa.

Aljazair telah empat kali lolos ke putaran final Piala Dunia, yaitu pada 1982, 1986, 2010, dan 2014. Namun, dalam tiga keikutsertaan sebelumnya, mereka selalu tersingkir di babak penyisihan grup.

Tim Aljazair yang berjulukan ”Rubah Padang Pasir” memang berada dalam posisi lebih baik dibandingkan dengan Rusia, yaitu di peringkat kedua klasemen dengan tiga poin. Adapun Rusia baru mengantongi satu poin.

”Kami akan berusaha dan mencapai hasil hebat kedua serta membawa kegembiraan kepada rakyat Aljazair,” kata Nabil Ghilas, penyerang Aljazair.

Target mengejar sejarah baru itu pulalah yang disuntikkan Halilhodzic kepada anak-anak asuhnya pada latihan Selasa sore.

Setelah kecewa karena kalah, 1-2, dari Belgia, para pemain Aljazair bangkit dengan mengempaskan Korea Selatan, 4-2. Kemenangan atas Korsel itu adalah kemenangan pertama Aljazair di ajang Piala Dunia sejak 1982.

Halilhodzic kemungkinan akan melakukan sejumlah perubahan untuk laga melawan Rusia yang diasuh pelatih asal Italia, Fabio Capello. Perubahan itu antara lain memainkan Riyad Mahrez untuk menggantikan pemain sayap Abdelmoumene Djabou dan memainkan Medhi Lacen untuk menggantikan Carl Medjani.

Meski kalah poin, Rusia juga memiliki peluang yang cukup besar untuk melaju ke 16 besar. Pada laga 22 Juni, Rusia telah menunjukkan potensi mereka dengan terus menahan Belgia hingga menit-menit terakhir pertandingan sebelum akhirnya menyerah 0-1.

Rusia juga tidak beruntung dengan hasil imbang 1-1 melawan Korsel, yang diakibatkan kesalahan penjaga gawang Igor Akinfeev. ”Kami tidak memiliki pilihan lain selain bermain habis-habisan dan mengalahkan Aljazair,” tegas Capello.

Dia menambahkan, setelah 12 tahun tidak tampil di Piala Dunia, Piala Dunia Brasil menjadi peluang besar bagi Rusia. ”Ini membantu kami untuk memahami sampai tingkat mana kami harus berkompetisi,” jelas Capello.

Sebelum tampil di Brasil, Rusia pernah tampil pada putaran final 1994 dan 2002, tetapi selalu tersingkir di babak awal.

Sangat yakin

Capello yakin timnya masih bisa lolos dari fase grup. Untuk itu, lini depan Rusia harus bermain lebih tajam dan mampu menuntaskan peluang di depan gawang lawan dengan baik.

Para komentator sepak bola Rusia mengkritik keras keputusan Capello yang tak memasukkan penyerang veteran Alexander Kerzhakov dan gelandang Alan Dzagoev sebagai pemain inti pada dua laga sebelumnya.

Kerzhakov (31) baru diturunkan pada menit ke-71 melawan Korsel dan kemudian mencetak gol penyeimbang, tiga menit kemudian. Namun, dia hanya dimainkan pada perpanjangan waktu saat melawan Belgia.

Sementara Dzagoev bermain setengah jam saat melawan Korsel dan hanya dimainkan tujuh menit melawan Belgia.

Oleh karena itulah banyak pihak memperkirakan Capello akan memainkan Kerzhakov dan Dzagoev sejak menit awal pertandingan melawan Aljazair.

Rusia juga akan bermain dengan disiplin yang tinggi. Pertahanan mereka dikenal kuat. Akan tetapi, sebagaimana ditegaskan Capello, hasil seri tidak akan cukup bagi Rusia untuk lolos dari fase grup sehingga pelatih Italia itu akan mendorong pemainnya untuk lebih berani menyerang.

Di sisi lain, Aljazair telah menunjukkan kekuatan stamina saat menggasak Korsel. Ini akan didukung Halilhodzic yang mampu menjadikan pemain sebagai tim yang solid dan kompak. (AFP/Reuters/OKI)