KOMPAS.com - Laga melawan Kosta Rika di Fortaleza, Minggu (15/6/2014 ) pukul 02.00 WIB, menjadi langkah awal tim Uruguay menapaki sejarah para senior mereka. Uruguay pernah menorehkan tinta emas di tanah Brasil pada 1950, dengan menjadi juara dunia.

Hasil final Piala Dunia 1950 di Stadion Maracana, yang kemudian dikenal sebagai tragedi Maracanazo, menjadi lembaran hitam bagi sepak bola Brasil. Tuan rumah ditundukkan Uruguay di hadapan penonton yang memenuhi Maracana.

Sebaliknya, final itu justru menjadi kenangan indah bagi para pemain Uruguay. Tak heran apabila Luis Suarez dan kawan-kawan memiliki motivasi lebih kuat pada Piala Dunia kali ini. Mereka punya impian mengulang prestasi para senior, 64 tahun lalu.

Laga melawan Kosta Rika, di Grup D, diyakini pelatih Uruguay, Oscar Tabarez, tidak akan terlalu menyulitkan timnya. Itu diisyaratkan Tabarez dengan keputusan tidak memainkan penyerang andalan, Luis Suarez.

Keputusan itu sekaligus untuk mendukung pemulihan total penyerang Liverpool tersebut setelah menjalani operasi lutut pada 21 Mei. Meski demikian, Suarez telah mengikuti latihan penuh, Kamis (12/6), sebagai persiapan timnya melawan Kosta Rika.

Peran Suarez lebih dibutuhkan dalam dua laga lain, yaitu melawan Italia dan Inggris.

Tanpa Suarez, lini serang Uruguay masih memiliki dua ujung tombak, yaitu Diego Forlan dan Edinson Cavani. Cristian Stuani atau Gaston Ramirez juga bisa membantu serangan dari sayap kanan.

Tim Uruguay pun sudah bersama cukup lama sehingga komunikasi dan pemahaman di antara pemain terbilang baik. Tabarez membentuk tim Uruguay untuk bermain atraktif dan terus menyerang.

Sebaliknya, Kosta Rika yang dilatih Jorge Luis Pinto selama ini cenderung bermain bertahan. Hal itu dapat dipahami karena Pinto tidak memiliki pemain depan berkualitas dan punya pengalaman bertarung di kejuaraan besar.

Dengan kemampuan individu pemain Uruguay yang lebih baik, Bryan Ruiz sebagai kapten tim Kosta Rika dan rekan-rekannya akan bekerja keras untuk mengatasi gelombang serangan pemain Uruguay.

”Saya bekerja sangat keras untuk sampai di sini. Saya berjuang untuk mendapatkannya dan saya tidak akan membiarkannya lepas begitu saja,” tutur Ruiz.

Ruiz, 28 tahun, pun bertekad menyamai, bahkan melebihi, para pahlawan sepak bola Kosta Rika yang berhasil meloloskan negara itu ke putaran kedua pada Piala Dunia 1990.

Tak pernah kalah

Dari delapan kali pertemuan kedua negara, Uruguay tidak pernah kalah dari Kosta Rika. Uruguay menang enam kali dan dua laga lainnya berakhir imbang.

Mereka terakhir bertemu pada 18 November 2009 di Montevideo, Uruguay, yaitu pada babak kualifikasi Piala Dunia. Sebagai tuan rumah, hasil 1-1 ketika itu cukup mengecewakan.

Namun, Uruguay kini membawa kekuatan terbaiknya. Ditambah dengan motivasi tinggi, mereka sangat siap menghancurkan permainan bertahan Kosta Rika.

Uruguay menyadari bahwa kemenangan atas Kosta Rika akan menjadi bekal penting untuk bersaing dengan Inggris dan Italia. Sementara bagi Kosta Rika, posisi sebagai tim yang tidak diunggulkan di grupnya memberikan motivasi besar kepada para pemain untuk membuktikan bahwa tim mereka tidaklah selemah yang diperkirakan. (FIFA.com/AFP/Reuters/OKI)