Sebagaimana layaknya orang India, para kepala suku itu mengenakan pakaian tradisional, komplet dengan hiasan bulu-bulu burung di kepala. Para kepala suku yang kebanyakan berasal dari kawasan Sungai Amazon itu juga mengecat wajah dan tubuh mereka. Mereka berarak menuju Stadion Nasional Brasilia, tempat perhelatan Piala Dunia edisi ke-20 ini.
Tak cukup dengan aksesoris tersebut, para kepala suku juga membawa busur dan panah. Sepasang senjata tradisional itu menjadi ikon demi "mengusir" perhelatan Piala Dunia yang begitu menyedot begitu banyak duit. Saat berdemo, para kepala suku tersebut menunggang kuda.
Polisi mencoba memblokade gerakan pengunjuk rasa menuju stadion yang dulunya bernama Mané Garrincha tersebut. Kisruh pun muncul di situ. Para kepala suku memacu kuda-kuda mereka ke arah polisi. Seorang pengunjuk rasa bahkan memanah ke arah polisi. Satu orang polisi terkena panah di lengannya.
Berkekuatan sekitar 700 personel, polisi pun merangsek ke arah pengunjuk rasa yang sudah berada di lingkar luar stadion berkapasitas 45.000 orang tersebut. Alhasil, baku lempar batu tak terelakkan.
Pejuang
"Memanjat ke atap gedung kongres adalah tindakan berani. Itu menunjukkan kami adalah pejuang yang mempertahankan hak-hak kami," kata Kepala Suku Xingu Tamalui Kuikuru dalam demonstrasi itu.
Rupanya, selain para kepala suku, pengunjuk rasa juga menyertakan sekitar 100 orang anggota kelompok etnis dari seantero Brasil. Salah satunya adalah Kepala Suku Kayapo Raoni. Pria gaek berusia 84 tahun itu sohor sebagai pejuang yang mempertahankan hutan Amazon. Kala menunjukkan perjuangannya itu, Raoni sempat mendampingi penyanyi Sting. "Piala Dunia ini untuk siapa? Bukan untuk kami. Kami tak ingin Piala Dunia. Kami ingin uang untuk kesehatan dan pendidikan," begitu salah satu seruan Raoni.
Data termutakhir dari Badan Transparansi dan Pencegahan Korupsi Brasil (TCU) menunjukkan pemerintahan Presiden Dilma Rousseff sudah menggelontorkan duit hingga 11 miliar dollar AS. "Dana itu terlalu besar. Ada persoalan kesehatan, pendidikan, dan perumahan rakyat yang menjadi skala prioritas ketimbang Piala Dunia," kata Neguinho Truka, Kepala Suku Truka, kelompok etnis asli Brasil yang tinggal di utara negara bagian Pernambucano, dalam unjuk rasa itu.
Maraknya unjuk rasa menjelang Piala Dunia memperkuat dugaan dana Piala Dunia pun banyak ditilap oknum koruptor. Silakan menilik dana pembangunan 12 stadion Piala Dunia. Pada 2010, anggaran untuk pos itu besarnya 5,3 miliar reais atau real brasil. Sampai dengan tahun ini, kebutuhan anggaran tersebut sudah nangkring di posisi 8 miliar reais atau setara dengan 3,6 juta dollar AS.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.