Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Arsenal, Liverpool, Chelsea dan Pesta Semu Jay Gatsby

Kompas.com - 26/07/2013, 14:20 WIB
Lariza Oky Adisty

Penulis


KOMPAS.com — Dalam novel The Great Gatsby karya F Scott Fitzgerald, tokoh Jay Gatsby diceritakan kerap mengadakan pesta mewah khas era roaring twenties (tahun 1920-an yang identik dengan keglamoran).

Semua orang diperbolehkan datang dan berhura-hura. Namun, sosok Gatsby sendiri tak pernah terlihat di tengah pesta. Hal itu berulang tiap malam hingga tamu-tamu yang awalnya penasaran berubah tak peduli. 

Selama hampir seminggu ini, Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) tak ubahnya kediaman Jay Gatsby di West Egg, New York. Ribuan manusia tumpah ruah di sana, menikmati sajian pesta bernama pertandingan sepak bola.

Bukan pesta sepak bola biasa sebab yang dilawan adalah "tamu istimewa". Tiga klub Premier League, Arsenal, Liverpool, dan Chelsea bergantian meladeni tim Indonesia.

Kunjungan mereka terkemas manis dalam tajuk tur pramusim serta keinginan menyapa penggemar di Indonesia walau di balik itu tentu ada tujuan lain, yaitu memperluas cengkeraman pasar di Asia.

Kebetulannya lagi, Indonesia adalah pasaran empuk. Dengan sebagian besar populasi yang menyukai sepak bola, kehadiran tamu agung ini disambut hangat. Tiket yang bisa mencapai jutaan rupiah tak jadi alasan bagi penonton sepak bola untuk melewatkan pertandingan. Harus membeli di calo pun tak masalah. SUGBK penuh dan riuh.

Di lapangan, partai uji coba antara timnas Indonesia (dengan segala variasi namanya) digelar. Pemain-pemain Garuda meladeni lawan dengan pengalaman dan skill yang jauh di atas mereka. Semua tahu hasilnya. Indonesia kalah 7-0 dari Arsenal, 2-0 dari Liverpool, dan terkapar 8-1 dari Chelsea.

Toh di mata penonton kekalahan timnas jadi nomor dua. Kekalahan tim Garuda tenggelam oleh euforia Theo Walcott, Steven Gerrard, dan John Terry cs di depan mata. Sorak-sorai membela Indonesia hanya terdengar sesekali di tengah chants khas klub tersebut. Menyemangati Indonesia seolah hanya jadi formalitas sekadar demi mengingatkan diri bahwa yang tengah bertarung adalah penggawa pembela negara.

Seperti pesta Gatsby, semua berakhir begitu saja. Para pengunjung pesta pulang dengan euforia dan tak lagi ambil pusing dengan siapa sebenarnya si pemilik hajatan.

Lalu setelah ini apa? Benar, skuad Indonesia jadi punya pengalaman bermain menghadapi sepak bola level tinggi. Betul, tamu-tamu Premier League itu membesarkan hati kita, mengatakan negara ini punya potensi, dan pemain-pemainnya masih bisa "dipoles".

Namun, sejauh apa pertandingan semacam ini bisa membantu memperbaiki peringkat FIFA? Peringkat Indonesia stuck di angka 168. Skuad Indonesia masih kesulitan menghadapi lawan-lawan di tingkat Asia.

Mimpi berjaya di level Asia Tenggara saja sepertinya kita harus tahu diri, apalagi untuk menjadi kekuatan tertinggi di benua Asia, bahkan lolos ke Piala Dunia, target yang masih terlampau muluk.

Akan lebih bermanfaat kalau skuad Indonesia lebih sering bertemu dengan tim-tim lebih sepadan. Dengan begitu, mereka bisa leluasa mengembangkan permainan dan dengan cepat kelemahan tim bisa terdeteksi dan dikoreksi.

Akan lebih efektif ketimbang harus meladeni tim dengan skill beberapa tingkat di atas dan memaksa Indonesia harus lebih sering bertahan.

Tetapi, entahlah. Mungkin SUGBK tak akan penuh seandainya yang dihadapi tim sekelas Uganda atau Tahiti, misalnya. Penonton tak akan bela-belain merogoh kocek demi menyaksikan pemain lawan tak dikenal, bahkan meski pertandingan melawan tim antah-berantah itu sebenarnya lebih berfaedah dibanding "pesta singkat" tamu-tamu Premier League.

Lantas, apakah haram jika ada klub Premier League lain ingin datang? Oh, tidak juga. Namun, kedatangan mereka sebaiknya tak lantas melenakan semua pihak dari kenyataan bahwa tim Indonesia masih punya setumpuk PR yang harus diselesaikan.

Jangan sampai kedatangan mereka hanya jadi euforia singkat, lalu setelah itu semua kembali tak peduli dengan masalah skuad Indonesia.

Dalam pertengahan novel The Great Gatsby, terungkap alasan Jay Gatsby mengadakan pesta-pesta mewah tersebut. Ia ingin menarik perhatian Daisy Buchanan, gadis pujaan yang selama tahunan tak ditemuinya.

Ia memang bisa bertemu Daisy. Namun, Daisy yang sudah menikah dengan pria lain tak mau berpaling ke sisi Gatsby. Usaha Gatsby sia-sia.

Tentu sepak bola Indonesia tak ingin senasib dengan Gatsby, dimeriahkan euforia sesaat yang kemudian percuma.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com