Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Messi, Maradona, dan Paus

Kompas.com - 19/03/2013, 00:20 WIB

Oleh Sindhunata

SEJENAK rakyat Argentina di Buenos Aires seperti tersihir dalam diam. Namun, begitu di televisi diumumkan dan diperlihatkan Paus yang baru, mereka pun meledak dalam jerit dan sorak tak terkatakan.

”Argentina, Argentina!” demikian mereka berteriak di mana- mana. Jalanan pikuk dengan klakson mobil. Bendera Argentina dikibar-kibarkan. Luapan sukacita ini persis seperti ledakan kegembiraan saat pertandingan final kesebelasan Argentina menekuk Jerman 3-2 dan menjadi juara Piala Dunia 1986 di Mexico City.

Messi, Maradona, Paus!

Begitulah mereka berteriak-teriak ketika mereka tahu bahwa Paus yang baru adalah Kardinal Jorge Mario Bergoglio, Uskup Agung Buenos Aires. Bangsa mana yang tidak bangga bila mereka mempunyai legenda seperti Messi dan Maradona? Dua legenda itu sudah seperti rahmat berlimpah. Apalagi sekarang mereka mempunyai Paus Fransiskus. Lengkap sudah kegembiraan dan kebanggaan rakyat Argentina.

Tak hanya rakyat Argentina, tetapi seluruh dunia pun bergembira karena terpilih Paus yang menyebut dirinya ”datang dari ujung dunia ini”.

”Ia seperti kuda hitam yang jadi juara. Ia bukan favorit. Saya sama sekali tak dapat berkomentar, saya tegang,” kata seorang bernama Emanuel Sargari dari Santa Fe, Argentina, di tengah lautan manusia yang memadati halaman Gereja Santo Petrus, Roma. Saking tegangnya, ia sampai lupa menggoyang-goyangkan bendera Argentina.

Beberapa orang Italia kelihatan kecewa karena yang terpilih bukanlah Kardinal Angelo Scola dari Milan, jago yang sempat diunggulkan. ”Ya, tak apalah, sekurang-kurangnya ia mempunyai darah Italia,” kata seorang wanita Italia menghibur diri. Nada bicaranya seperti seorang fans bola yang jagonya kalah.

Dunia mengharap Paus Fransiskus akan membawa angin perubahan yang segar. Orang kiranya ingat akan catatan yang ditinggalkan Kardinal Italia terkenal, Carlo Martini. Sebelum kematiannya tahun lalu, Martini menyebut bahwa Gereja Katolik ini ketinggalan 200 tahun lamanya. Ritual Gereja megah dan meriah, tetapi berhadapan dengan zamannya, Gereja kehilangan nyali dan menjadi penakut.

Menurut Martini, Gereja lelah dan terseok-seok karena keberatan beban, seperti beban birokrasi yang melebihi proporsi dan beban liturgi yang melulu ritualistik belaka. Gereja harus bisa menemukan bara apinya lagi di tengah tumpukan abu yang menenggelamkannya.

Kardinal Bergoglio memilih nama Fransiskus untuk jabatan kepausannya. Fransiskus (1182-1226) adalah seorang kudus pembaru Gereja. Ia meninggalkan segala kekayaan dan kenikmatan dunia, lalu hidup sebagai orang miskin dan memberikan diri seluruhnya kepada kaum miskin. Semasa masih menjadi Uskup Agung di Buenos Aires, seperti Santo Fransiskus yang ingin diteladaninya, Kardinal Bergoglio adalah pembela hak asasi dan pengkritik yang bersuara keras terhadap keserakahan yang merusak ekologi. Hidupnya juga dekat dengan orang miskin. Ia tidak tinggal di istana uskup, tetapi di apartemen. Ke tempat kerja ia menggunakan kendaraan umum. Ia sungguh kardinal yang sederhana.

Belum lama ini, ia mengkritik warga Argentina yang seperti sudah kerasukan setan dari imperium uang, yang kiprahnya terlihat, misalnya, dalam perdagangan manusia, obat bius, dan korupsi. Itu semua akan membuahkan kekerasan, yang merusak keluarga. Dan, korbannya lebih-lebih adalah anak-anak dari keluarga miskin.

Paus Fransiskus kiranya akan terus memperjuangkan keprihatinannya tadi. Karena itu, semoga ia tak defensif mempertahankan hierarki kekuasaan yang selama ini mengurung pertahanan Gereja terhadap tantangan dari luar. Siapa tahu ia bisa menjadi ”Maradona Gereja”, yang berani mendobrak struktur Gereja yang terlalu defensif.

Dengan menyebut nama Maradona, kita kiranya boleh mengingat bagaimana situasi dunia bola pada waktu itu. Setelah era Pele dan Johan Cruyff, dunia bola lama sekali tenggelam dalam sistemnya yang defensif. Datanglah Piala Dunia 1986, dan Diego Maradona muncul menjadi dirigen yang mengobrak-abrik sistem itu. Ia bermain dengan eksplosif, lincah, dan gembira. Permainannya yang ofensif dan genius menunjukkan bahwa sistem defensif itu sudah usang dan keropos.

Waktu bermain di Napoli, Maradona juga menjadi dewa penyelamat. Napoli hanyalah kesebelasan yang pas-pasan kala itu. Namun, di tahun 1986/87, Maradona dapat membawanya menjadi juara Liga Serie-A untuk pertama kali. Malah Napoli juga meraih piala tingkat Eropa juga untuk pertama kalinya, ketika di tahun berikutnya meraih Piala UEFA.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Piala Asia U17 Putri 2024: Claudia Scheunemann dkk Tingkatkan Kecepatan

    Piala Asia U17 Putri 2024: Claudia Scheunemann dkk Tingkatkan Kecepatan

    Timnas Indonesia
    Indonesia Vs Guinea: Tantangan Persiapan 72 Jam

    Indonesia Vs Guinea: Tantangan Persiapan 72 Jam

    Timnas Indonesia
    Persib Tatap Championship Series, Gim Internal untuk Jaga Kebugaran

    Persib Tatap Championship Series, Gim Internal untuk Jaga Kebugaran

    Liga Indonesia
    PSG Vs Dortmund: Enrique Tebar Ancaman, Ingin Cetak 2 Gol dalam 3 Detik

    PSG Vs Dortmund: Enrique Tebar Ancaman, Ingin Cetak 2 Gol dalam 3 Detik

    Liga Champions
    Jadwal Siaran Langsung Indonesia Vs Guinea di Playoff Olimpiade 2024

    Jadwal Siaran Langsung Indonesia Vs Guinea di Playoff Olimpiade 2024

    Timnas Indonesia
    Indonesia Vs Guinea: Garuda Muda Terus Bersiap di Tengah Kelelahan

    Indonesia Vs Guinea: Garuda Muda Terus Bersiap di Tengah Kelelahan

    Timnas Indonesia
    Indonesia Vs Guinea, Fokus STY Hadapi Tantangan Suhu, Psikologis, dan Lapangan

    Indonesia Vs Guinea, Fokus STY Hadapi Tantangan Suhu, Psikologis, dan Lapangan

    Timnas Indonesia
    PSG Vs Dortmund, Cara Hentikan Kecepatan Kylian Mbappe...

    PSG Vs Dortmund, Cara Hentikan Kecepatan Kylian Mbappe...

    Liga Champions
    Piala Asia U17 Putri 2024,  Tekad Claudia Scheunemann Tampil Lebih Baik Lagi

    Piala Asia U17 Putri 2024, Tekad Claudia Scheunemann Tampil Lebih Baik Lagi

    Timnas Indonesia
    Nasib Belum Jelas meski Arema FC Tetap di Liga 1, Widodo Beri Pesan Manajemen

    Nasib Belum Jelas meski Arema FC Tetap di Liga 1, Widodo Beri Pesan Manajemen

    Liga Indonesia
    Pemain Malaysia Faisal Halim Terancam Pensiun Dini Usai Disiram Air Keras

    Pemain Malaysia Faisal Halim Terancam Pensiun Dini Usai Disiram Air Keras

    Internasional
    Reaksi Satoru Mochizuki Usai Timnas U17 Putri Indonesia Kalah dari Filipina

    Reaksi Satoru Mochizuki Usai Timnas U17 Putri Indonesia Kalah dari Filipina

    Timnas Indonesia
    Kata Ricky Soebagdja soal Perjuangan dan Pencapaian Tim Thomas-Uber Indonesia

    Kata Ricky Soebagdja soal Perjuangan dan Pencapaian Tim Thomas-Uber Indonesia

    Badminton
    Championship Series Bali United Vs Persib, Menggugah Tren Buruk Maung

    Championship Series Bali United Vs Persib, Menggugah Tren Buruk Maung

    Liga Indonesia
    Indonesia Vs Guinea, STY Tanggapi Lapangan Latihan, Fokus Kondisi Pemain

    Indonesia Vs Guinea, STY Tanggapi Lapangan Latihan, Fokus Kondisi Pemain

    Timnas Indonesia
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com