Premier League "Buntung" Rp 5 Triliun, City Catat Kerugian Terbesar

KOMPAS.com — Hanya lima klub Premier League yang mencatatkan profit sepanjang musim 2010/2011, dan Manchester City membukukan kerugian terbesar dalam sejarah sepak bola.

Dua puluh klub Premier League mencatat kerugian kolektif mencapai 392 juta pounds atau sekitar Rp 5,8 triliun sepanjang musim lalu. Menurut laporan keuangan 20 klub yang kemudian dikutip Guardian, hanya 5 klub atau 25 persen dari semua kontestan membukukan keuntungan total 71 juta pounds atau sekitar Rp 1,06 triliun.

Dari ke-14 klub yang merugi, Manchester City yang terbanyak. "The Citizens" membukukan kerugian hingga 197 juta pounds atau sekitar Rp 5,8 triliun sepanjang musim lalu.

Berikutnya, bertengger Chelsea. "The Blues" merugi hingga 68 juta pounds atau lebih dari Rp 1 triliun. Pemilik, Roman Abramovich, sampai meminjamkan dana pribadinya ke klub itu hingga 94 juta pounds (sekitar Rp 1,4 triliun).

Setelahnya ada Liverpool. Dalam delapan bulan masa kepemilikan Fenway Sports Group di bawah komando John Henry, "The Reds" gagal mencatatkan keuntungan dan malah mencatat kerugian 49 juta pounds (lebih dari Rp 700 miliar).

Namun, kedua puluh klub Premier League juga mencatatkan pendapatan fantastis. Total fulus yang berhasil dibukukan adalah 2,2 miliar pounds atau sekitar Rp 33 triliun, dan keuntungan itu mencakup hasil kesepakatan hak siar Premier League yang berlaku dari 2010 hingga 2013. Pembeli hak siar di luar Inggris memberi andil keuntungan itu hingga 1,5 miliar pounds (Rp 22,5 triliun).

Pendapatan dari hak siar luar negeri itu dihabiskan 20 klub tersebut untuk membayar gaji para pemainnya, termasuk Birmingham City yang harus menguras koceknya hingga 38 juta pounds (lebih dari Rp 500 miliar) untuk tagihan gaji para pemainnya.

Yang pasti, dana untuk gaji pemain memakan 69 persen dari total pendapatan klub, naik satu persen dari nilai pada musim sebelumnya.

Keuntungan terbesar justru dibukukan Newcastle United. Penjualan Andy Carroll (33 juta pounds) ke Liverpool jadi andil keuntungan terbesar "The Magpies" yang totalnya mencapai 33 juta pounds (Rp 495 miliar).

Sementara itu, Manchester United hanya mengantongi laba 12 juta pounds (sekitar Rp 180 miliar). MU lebih beruntung ketimbang Chelsea dan City yang "buntung". Meski manajemen "The Red Devils" meminjam 50 juta pounds (sekitar Rp 750 miliar) dari sang pemilik, Keluarga Glazer, plus harus membayar pengeluaran hingga 153 juta pounds (hampir Rp 2,3 triliun) untuk gaji para pemainnya, MU masih untung 12 juta pounds (sekitar Rp 180 miliar). Tim asuhan Sir Alex Ferguson itu lebih untung dari Chelsea dan City yang "buntung" pada catatan keuangannya.

Di lain pihak, kerugian operasional Liverpool mencapai 90 juta pounds (sekitar Rp 1,35 triliun). Setelah diperhitungkan dengan pemasukan 43 juta pounds (sirkulasi penjualan dan pemasukan pemain, termasuk mendapat 50 juta pounds dari transfer Fernando Torres), kerugian "The Reds" masih saja mencapai 49 juta pounds (sekitar Rp 735 miliar). Pihak klub, seperti dilansir Guardian, malah menyatakan nilai kerugiannya lebih dari angka itu.

Chief Executive Premier League Richard Scudamore sudah menolak memberlakukan "Financial Fair Play". Aturan itu sudah disepakati untuk kompetisi UEFA. Intinya, kondisi keuangan klub yang berlaga di level Eropa—Liga Champions dan Liga Europa—harus menaati aturan "Financial Fair Play" musim ini dan selanjutnya. Aturan itu ingin mensyaratkan klub harus dalam keadaan sehat secara finansial.

Meski dua kontestan kompetisi UEFA untuk musim 2012/2013, Chelsea dan City, akan selalu didukung kekuatan keuangan nyaris tanpa batas, klub itu ingin melaju dengan kekuatan sendiri untuk mengimpaskan segala utangnya.