Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usai Piala Dunia U17, Nasib Pemain Timnas Indonesia Perlu Diperhatikan

Kompas.com - 16/11/2023, 23:39 WIB
Leonardo Juan Ruiz Febrian,
Eris Eka Jaya

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Direktur Teknik Safin Pati Sports School, Muhammad Hanafing Ibrahim, mengatakan nasib para pemain timnas U17 Indonesia harus diperhatikan setelah Piala Dunia U17 2023.

Diperlukan langkah-langkah konkret dari PSSI supaya potensi para pemain tidak meredup.

Terdapat dua opsi, yakni menitipkan para pemain untuk berlatih bersama klub-klub Liga 1 atau membuat program jangka panjang seperti ketika era PSSI berada di bawah kepemimpinan Kardono.

"Mereka harus bisa melanjutkan pembinaan di akademi klub Liga 1. Namun, para pemain ini harus bergabung dengan akademi yang dijalankan dan dikelola dengan baik," kata Hanafing dalam sesi konferensi pers di Pusat Informasi Piala Dunia U17 2023 di Solia Zigna Kampung Batik, Solo, Kamis (16/11/2023).

Baca juga: Indonesia Vs Maroko: Saran untuk Garuda, Tiru Filosofi Mourinho Saat Juara Liga Champions

Syarat ini disampaikan Hanafing dengan dasar dirinya mendapatkan gambaran soal klub-klub yang menjalankan model pembinaan pemain usia dini. Diketahui bahwa Hanafing turut betugas mengulas proses verifikasi AFC Club Licensing.

Di Liga 1 hanya terdapat tujuh klub yang layak dan memenuhi syarat untuk mendapatkan lisensi klub profesional berdasarkan aspek sporting

Hal ini berkaitan dengan ketersediaan sarana dan prasarana yang digunakan untuk pembinaan pemain usia muda. 

"Jadi, setelah mereka selesai di Piala Dunia U17 2023, para pemain ini harus dititipkan kepada klub-klub Liga 1 yang punya akademi yang dikelola dengan baik sehingga lebih mudah dipantau selama menjalani proses pembinaan," ujar Hanafing dalam keterangan yang diterima Kompas.com dari berita media center PD U17 Kominfo, Kamis (16/11/2023).

"Untuk mendapatkan lisensi klub AFC, mereka harus punya akademi, lapangan latihan khusus untuk akademi, punya pelatih yang berlisensi, hingga direktur akademi."

Baca juga: Indonesia Vs Maroko, 2 Hal yang Tidak Boleh Dilakukan Garuda Muda

Sementara itu opsi kedua, dengan program jangka panjang. Program pembinaan usia muda jangka panjang sudah dilakukan oleh beberapa negara di Asia seperti Vietnam, Malaysia, hingga Jepang.

"Jadi, setelah Piala Dunia U17 2023, anak-anak ini jangan dibiarkan untuk kembali ke klubnya masing-masing. Kalau klubnya bagus seperti akademi Persib Bandung, ya tidak masalah. Namun, kalau klubnya tidak berkualitas, nanti jadi persoalan."

"Salah satu contohnya ialah timnas Indonesia U19 era Evan Dimas. Setelah juara Piala AFF U19 2013, mereka terpecah-pecah. Ada yang bermain di Liga 3, itu pasti turun performanya. Sebab, model kompetisinya sangat instan," ujarnya.

Baca juga: Psikolog Timnas Indonesia U-17 Membicarakan Beban dan Dukungan dalam Lingkungan Sepak Bola

Pembinaan jangka panjang ini bertujuan untuk menghasilkan pemain muda yang hebat.

"Kalau kita berbicara soal youth development, itu berbicara soal pembinaan jangka panjang. Top performa pemain itu ada di usia 19 hingga 20 pemain. Di situlah mereka mendapatkan semua pengetahuan soal sepak bola," katanya.

"Jika bisa bergabung dengan akademi, mereka akan mendapatkan menit bermain. Berarti pengalamannya bertanding cukup. Minimal 30 match dalam satu tahun. Namun, sekali lagi, akademinya harus akademi yang betul-betul membina pemain dengan baik," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com