KOMPAS.com - Era telah berganti namun Spanyol masih tetap di hati. Begitulah kesetiaan kapten Persik Kediri Arthur Irawan dalam mendukung Timnas Spanyol di Piala Dunia 2022 Qatar.
Pamor timnas Spanyol bisa dikatakan masih kalah dengan Brasil, Argentina, dan Perancis yang dianggap jadi kandidat terkuat juara.
Hal tersebut tidak jauh dari performa Timnas Spanyol yang kurang menggigit pada dua edisi Piala Dunia terakhir.
Pada Piala Dunia 2014, mereka mandek di fase grup setelah kalah dari Belanda dan Chile.
Sedangkan, La Roja cuma sampai di fase 16 besar setelah secara mengejutkan kalah dari tuan rumah Rusia di Piala Dunia 2018.
Baca juga: Link Live Streaming Opening Ceremony Piala Dunia 2022 Qatar, Malam Ini Pukul 21.30 WIB
Era kejayaan La Furia Roja telah memudar seiring pensiunnya generasi emas juara Piala Dunia 2010 silam.
Tidak ada lagi ada Sergio Ramos, Gerard Pique, Xavi Hernandez, Andres Iniesta, Pedro Rodriguez, Iker Casillas, dll.
Hanya tersisa Sergio Busquets yang menjadi kapten dari pemain-pemain muda yang dipanggil Luis Enrique.
Namun, Arthur Irawan punya pandangan sendiri. Menurutnya saat ini Spanyol telah beregenerasi dengan hadirnya talenta-talenta hebat potensial.
“Saya lihat mereka banyak pemain muda dengan kualitas tinggi, Ada Gavi, Pedri, Ansu Fati. Gaya main mereka sangat atraktif ditonton,” ujar pemain berusia 29 tahun tersebut kepada Kompas.com.
“Di Euro terakhir mainnya bagus dan saya yakin sekarang mereka lebih matang lagi,” tambahnya.
Kekaguman kepada Spanyol tak jauh dari perjalanan hidupnya sebagai pesepak bola profesional.
Ia menimba ilmu dan mengawali kariernya bersama klub kasta kedua Spanyol RCD Espanyol B pada 2011. Kemudian, ia menyeberang ke Malaga B pada 2013 sampai tahun 2014.
Selama di Spanyol, Arthur Irawan bertemu dengan banyak pemain yang kini menjadi bintang di La Liga Spanyol.
Salah satunya adalah pemain Valencia, Jose Gaya yang kini menjadi bek Timnas Spanyol.
“Bek kiri Spanyol Jose Gaya, saya juga pernah main lawan dia, pemain hebat dia” ujar pemain asal Surabaya tersebut.
“Dia angkatan '95, sedangkan saya '93. Tapi, dia dulu dipulangkan karena cedera,” imbuhnya.
Hingga sampai saat ini pun ia masih menjadikan Spanyol sebagai kiblat sepak bolanya.
“Mereka di sana makan, nafas dan hidup bola semua, pastinya fanatisme mereka luar biasa,” pungkas mantan pemain PSS Sleman itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.