KOMPAS.com - Luizinho Lemos (62), eks bintang klub Flamengo dan tim nasional Brasil 1975-1976, menilai, Brasil di Piala Dunia 2014 lemah di lini depan dan belakang. ”Jika ingin jadi juara dunia, Brasil harus memperbaikinya,” kata Lemos kepada wartawan Kompas, Adi Prinantyo, di Rio de Janeiro, Brasil, Rabu (2/7/2014).

Eks bomber itu tenar dengan jumlah golnya di Stadion Maracana, Rio de Janeiro. Jumlahnya 260 gol, hasil berkiprah di tiga klub: Flamengo, America, dan Botafogo. Jumlah gol di Maracana itu hanya kalah dari Zico, legenda Brasil lainnya, yang membukukan 333 gol.

Saat membela timnas Brasil 1975-1976, Lemos seangkatan dengan Edu (Jonas Eduardo Americo), Paulo Cesar, Nelinho, Marinho Chagas, dan Leon. Berikut petikan wawancara yang juga membahas perempat final Brasil-Kolombia, Sabtu (5/7) dini hari di Indonesia.

Bagaimana tim Brasil kini?

Salah satu problem Brasil ada di striker. Brasil perlu seorang pencetak gol. Para gelandangnya, pemain sayap kiri dan kanan lumayan bagus. Brasil banyak peluang, tetapi tidak mencetak gol. Itu masalah.

Brasil perlu pemain seperti Pele atau Maradona. Tidak ada yang bisa dibandingkan dengan Pele bagi tim Brasil. Sekarang kami tidak punya penyerang tangguh seperti dia.

Terjadi krisis striker?

Saya tidak tahu penyebab pastinya. Mungkin karena perubahan sistem persepakbolaan di Brasil. Ada kesalahan yang harus diperbaiki. Ketika saya di Flamengo bersama Zico dulu, rata-rata penyerang bisa mencetak 23-28 gol dalam satu musim kompetisi. Kini sedikit, rata-rata 10 gol. Ini mengkhawatirkan.

Perekrutan pemain di tim nasional juga harus diperbaiki. Dulu, pemain nasional cukup diambil dari mereka yang berlaga di Liga Brasil. Kini mayoritas pemain dari klub Eropa. Menurut saya, pemain di klub Brasil punya kelebihan karena lebih menghayati atmosfer kompetisi di sini. Itu penting untuk tampil di depan suporter di Brasil.

Bagaimana dengan striker di tim saat ini, salah satunya Fred?

Dia lebih banyak menunggu bola. Kebetulan jarang ada yang mengumpan, dan dia juga tidak punya teknik yang cukup.

Lini belakang Brasil solid?

Itu juga masalah besar. Bek kiri Marcelo dan bek kanan Dani Alves keduanya terlalu sering menyerang dan melupakan pertahanan. Jika bertanding melawan Belanda dan Belanda menempatkan bola di belakang Marcelo atau Dani, habislah Brasil. Ada Robin van Persie, Arjen Robben, mereka cepat.

Secara umum Brasil masih buruk. Sekarang baru sampai level 25 persen. Yang bermain bagus hanya David Luiz dan Julio Cesar. Oscar bagus saat melawan Kroasia, tetapi dalam tiga laga berikutnya redup. Mengapa? Sebab, Dani dan Marcelo banyak menyerang sehingga Oscar cenderung bertahan.

Bagaimana dengan Neymar?

Neymar harus memberikan lebih. Andai berada dalam posisi seperti Lionel Messi ketika menghadapi Swiss, kemungkinan Neymar akan menembak langsung ke gawang. Tidak memberikan umpan kepada temannya, seperti yang dilakukan Messi. Neymar masih individualistis. Dia harus berpikir, jika masih bermain seperti itu, tim tak akan bisa mencetak gol dan Brasil yang akan rugi.