Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/06/2014, 16:49 WIB
Aswin Rizal Harahap

Penulis

KOMPAS.com - Suatu ketika, Pele pernah meledek para pemain Inggris yang dianggap tak becus mendribel bola. ”Bagaimana mau menjadi juara dunia jika Anda tak mampu menggiring bola sambil melewati lawan?” ujarnya. Kini, Pele mesti menelan ludahnya sendiri setelah melihat penampilan Brasil yang mirip Inggris.

Saat menghadapi Cile di babak 16 besar, umpan dari kaki ke kaki ala sepak bola indah jogo bonito berganti dengan gaya permainan pragmatis. Alih-alih membangun serangan dengan sabar dari belakang, ”Selecao” lebih senang mengirim bola langsung ke lini depan.

Hanya Neymar dan Oscar yang sesekali menggiring bola sambil mengecoh beberapa lawan. Selebihnya, serangan dilakukan lewat kedua sayap, Marcelo di kiri dan Dani Alves di kanan. Umpan silang mereka sering kali sia-sia karena, meski berpostur di atas 1,80 sentimeter, kemampuan Fred dan Jo tak sesuai harapan.

Ketika serangan buntu, lagi-lagi Neymar yang menjadi tumpuan. Strategi itu dengan mudah dibaca pemain Cile yang mengawalnya dengan ketat sepanjang pertandingan. Saat Neymar mulai terpincang-pincang akibat cedera dan kelelahan, tim ”Samba” pun limbung.

Mereka bahkan nyaris kalah seandainya tendangan striker ”La Roja”, Mauricio Pinilla, tak membentur mistar gawang di pengujung laga. Peluang demi peluang yang didapat Cile tak lepas dari keberanian mereka memperagakan permainan terbuka dan mendominasi penguasaan bola khas Amerika Latin.

”Di atas lapangan hanya ada satu tim dari Amerika Latin. Cile bermain lebih baik dan kalah dengan kepala tegak,” ungkap mantan penyerang La Roja, Marcelo Salas.

Menurut Pele, permainan pragmatis Brasil salah satunya dipengaruhi oleh banyaknya pemain yang bermain di liga Eropa. Dari 23 pemain yang dipanggil pelatih Luiz Felipe Scolari, hanya empat pemain yang berkiprah di kompetisi lokal, yaitu Jefferson (Botafogo), Fred (Fluminense), serta Jo dan Victor (Atletico Mineiro).

Dari 19 pemain yang merantau ke Benua Biru, enam memperkuat klub Liga Inggris, yakni Chelsea, Manchester City, dan Tottenham Hotspur. Sedikit banyak, gaya bermain ala ”kick and rush” Inggris memengaruhi cara bermain Neymar dan kawan-kawan.

”Saya tahu, permainan pragmatis sudah menjadi kebutuhan. Namun, Scolari semestinya memadukan itu dengan gaya khas Brasil, jogo bonito,” ujar Pele. Itu bisa dilakukan dengan memanggil sejumlah pemain senior yang masih layak membela Selecao, seperti Kaka, Ronaldinho, Robinho, dan Alexandre Pato.

Scolari menanggapi dingin badai kritik yang menerpa timnya. ”Mereka cemburu kepada Brasil. Banyak yang bilang kami tak pantas juara. Namun, kami sudah sampai perempat final,” kata pelatih yang membawa Brasil juara dunia 2002 itu.

Ada dua hal yang mendasari keputusannya menerapkan permainan pragmatis. Materi pemain dan perkembangan taktik. ”Strategi disesuaikan dengan pemain yang ada. Jogo bonito juga bukan jaminan. Lihat saja Spanyol tersingkir karena ingin bermain indah,” ujar Scolari.

Mungkin saja ia benar. Namun, patut diingat pilihan itu membuat permainan Brasil mudah terbaca. Di babak 8 besar, mereka mesti mewaspadai Kolombia yang tampil memukau saat mengalahkan Uruguay 2-0. (bbc/the telegraph/riz)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dortmund Lolos ke Final Liga Champions, Satu Kata dari Edin Terzic

Dortmund Lolos ke Final Liga Champions, Satu Kata dari Edin Terzic

Liga Champions
Prediksi Skor Real Madrid vs Bayern Muenchen Semifinal Liga Champions

Prediksi Skor Real Madrid vs Bayern Muenchen Semifinal Liga Champions

Liga Champions
Sambut Final Liga Champions, Tekad Hummels Menang di Wembley

Sambut Final Liga Champions, Tekad Hummels Menang di Wembley

Liga Champions
Indonesia Vs Guinea: Ada Eks Barcelona, Banyak Jebolan Piala Afrika

Indonesia Vs Guinea: Ada Eks Barcelona, Banyak Jebolan Piala Afrika

Liga Indonesia
Hasil Liga Champions: Kesempatan Dortmund Tebus Kegagalan di Wembley

Hasil Liga Champions: Kesempatan Dortmund Tebus Kegagalan di Wembley

Liga Champions
Hasil PSG vs Dortmund 0-1 (agg. 0-2): Die Borussen Tembus Final Liga Champions

Hasil PSG vs Dortmund 0-1 (agg. 0-2): Die Borussen Tembus Final Liga Champions

Liga Champions
Link Live Streaming PSG Vs Dortmund, Kickoff 02.00 WIB

Link Live Streaming PSG Vs Dortmund, Kickoff 02.00 WIB

Liga Champions
DXI Community Camp, Rumah Komunitas Pencinta Olahraga Ekstrem Jalin Relasi

DXI Community Camp, Rumah Komunitas Pencinta Olahraga Ekstrem Jalin Relasi

Sports
Perjalanan Berliku Persija di Liga 1, Thomas Doll Ungkap Penyebabnya

Perjalanan Berliku Persija di Liga 1, Thomas Doll Ungkap Penyebabnya

Liga Indonesia
Eks Juventus Ingin Juara di Persib, Tak Sabar Tampil di Championship Series

Eks Juventus Ingin Juara di Persib, Tak Sabar Tampil di Championship Series

Liga Indonesia
Persija Putuskan Absen, PSM Ikut ASEAN Club Championship 2024-2025

Persija Putuskan Absen, PSM Ikut ASEAN Club Championship 2024-2025

Liga Indonesia
Seputar Stade Leo Lagrange yang Dikritik STY: Saksi Gol Historis, Tersebar di Penjuru Perancis

Seputar Stade Leo Lagrange yang Dikritik STY: Saksi Gol Historis, Tersebar di Penjuru Perancis

Timnas Indonesia
Indonesia Vs Guinea: Amunisi Baru Garuda Tiba di Paris, Yakin ke Olimpiade

Indonesia Vs Guinea: Amunisi Baru Garuda Tiba di Paris, Yakin ke Olimpiade

Timnas Indonesia
5 Momen 'Buzzer Beater' Historis di Playoff NBA

5 Momen "Buzzer Beater" Historis di Playoff NBA

Sports
Indonesia Vs Guinea, Saat Garuda Lebih 'Panas' dari Sang Gajah...

Indonesia Vs Guinea, Saat Garuda Lebih "Panas" dari Sang Gajah...

Timnas Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com