KOMPAS.com - Tanah Amerika Selatan tidak pernah ramah pada bangsa-bangsa Eropa sejak para penakluk Spanyol dan penjelajah Inggris mencari El Dorado, kota hilang yang kaya emas dan mineral tambang dari abad ke-16 hingga abad ke-17. Para penakluk menantang bahaya, menembus rimba belantara, dan melibas deretan pegunungan untuk meraih kejayaan menemukan El Dorado. Namun, kota yang hilang itu tidak pernah ditemukan.

Jalan menuju El Dorado seolah kembali dirunut oleh bangsa Eropa pada Piala Dunia 2014. Dalam rentang 84 tahun sejak pesta sepak bola pertama di Uruguay pada 1930, belum ada tim Eropa yang mampu berjaya di tanah Amerika Latin. Empat tim pernah menembus final, tetapi semua bersimpuh di kaki Brasil dan Argentina.

Cekoslowakia dikandaskan Brasil pada Piala Dunia Cile 1962, Italia ditundukkan Brasil di Meksiko 1970, Belanda dikandaskan oleh tuan rumah Argentina 1978, dan Jerman Barat menjadi korban Argentina di Meksiko 1986.

Pada dua final Piala Dunia lainnya yang digelar di Amerika Selatan, Uruguay 1930 dan Brasil 1950, Uruguay muncul sebagai juara setelah mengalahkan Argentina dan Brasil.

Tahun ini, tim-tim Eropa memburu El Dorado ke negeri Brasil. Namun, langkah mereka menemukan rintangan berat, terutama suhu udara panas nan lembab yang menurunkan stamina para pemain. Mereka kehilangan kecepatan, terutama di menit-menit akhir babak kedua.

”Tim-tim Amerika Selatan sangat cepat dalam bereaksi. Mereka mampu dengan cepat melakukan transisi dari bertahan ke menyerang,” ujar pelatih tim Belgia Marc Wilmots, akhir pekan lalu.

Hingga babak penyisihan Grup A-H usai, Kamis (26/6/2014), tujuh tim Eropa tumbang. Portugal dan Rusia menjadi tim keenam dan ketujuh yang harus pulang lebih awal menyusul juara bertahan Spanyol, Inggris, Bosnia-Herzegovina, Italia dan Kroasia. Italia, Inggris, Bosnia-Herzegovina dan Spanyol sudah merasakan kekalahan dari tim Amerika Latin. Italia dan Inggris ditundukkan oleh Uruguay, Spanyol disengat pedasnya permainan Cile, dan Bosnia takluk di kaki Lionel Messi, si anak emas Argentina.

Tim dari Amerika Selatan yang lolos ke 16 besar adalah Brasil, Cile, Argentina, Kolombia, dan Uruguay. Tim Eropa terdiri dari Belanda, Yunani, Perancis, Swiss, Belgia dan Jerman.

”Masih terlalu dini untuk menilai siapa yang akan juara. Kita tahu dari sejarah ketika Piala Dunia digelar di Amerika Selatan, biasanya tim dari Amerika Selatan yang juara. Tim-tim Amerika Selatan mengawali (Piala Dunia) dengan sangat bagus. Namun, masih akan ada permainan sepak bola bagus dari tim-tim Eropa di pertandingan yang akan kita saksikan,” ujar manajer tim nasional Inggris Roy Hodgson setelah timnya kalah, 1-2, dari Uruguay di Arena Corinthians, Sao Paulo.

Asa tim-tim Eropa mengangkat Piala Dunia di tanah Latin memang belum pupus. Masih ada Belanda, Yunani, Perancis, Swiss, Jerman dan Belgia yang telah lolos ke 16 besar. Belanda, yang sebelum Piala Dunia bergulir diprediksi akan tersingkir di fase grup, justru menjadi favorit.

Tim ”Oranye” lolos dari fase grup dengan nilai sempurna dari tiga kemenangan, termasuk 2-0 atas Cile. Kemenangan atas Cile menjadikan Belanda sebagai tim Eropa pertama yang menang atas wakil Amerika Selatan di Piala Dunia 2014.

Penyelesaian akhir tim asuhan pelatih senior Louis van Gaal ini sangat tajam, menghasilkan 10 gol. Produktivitas gol Belanda mengungguli wakil Amerika Selatan, Kolombia, dengan 9 gol, Brasil 7 gol, dan Argentina 6 gol.

Namun, persaingan belum berakhir. Produktivitas gol tak menjamin tim melangkah lebih jauh. Kroasia, yang mencetak enam gol, unggul dua gol dari Meksiko di Grup A, tetap harus pulang lebih awal. Sebaliknya, Spanyol menjadi juara dunia 2010 hanya dengan mencetak delapan gol pada tujuh laga.

Pada babak sistem gugur (mulai babak kedua) banyak faktor akan berpengaruh. Cuaca panas memang menjadi kendala bagi tim Eropa. Namun, kematangan mental dan kualitas teknik juga tidak kalah penting.

Kekuatan tim Amerika Selatan tidak lepas dari pemain yang bersinar pada kompetisi Eropa. Brasil memiliki Neymar, Oscar, Dani Alves, Thiago Silva, dan David Luiz. Kolombia diperkuat James Rodriguez yang membela AS Monaco dan bek kiri Fiorentina, Juan Cuadrado, yang kini diincar Barcelona dan Manchester United. Cile menerapkan permainan agresif dengan pemain andalan Arturo Vidal, Alexis Sanchez, Eduardo Vargas, dan Mauricio Isla.

Argentina setali tiga uang dengan pemain-pemain yang matang di kompetisi Eropa, seperti Lionel Messi, Gonzalo Higuain, Angel di Maria, Pablo Zabaleta, dan Sergio Aguero. Uruguay, 90 persen skuad utamanya juga bermain di klub Eropa.

Yang menarik sebenarnya Kosta Rika dan Meksiko, dua tim dari Federasi Asosiasi Sepak Bola Amerika Utara, Tengah, dan Karibia (CONCACAF). Meksiko menahan Brasil 0-0 di Grup A. Kosta Rika mengalahkan Italia dan Uruguay serta menahan imbang Inggris di Grup D.

Kosta Rika memang diperkuat 11 pemain yang membela klub di Eropa, tetapi pada level menengah. Di sinilah peran penting pelatih Jorge Luis Pinto menjadi kunci. Pelatih asal Kolombia ini mampu memoles mental pemain Kosta Rika di klub-klub medioker Eropa untuk percaya diri. ”Semakin berani bantengnya, semakin bagus adu bantengnya,” kata pelatih berusia 61 tahun itu.

Tim Amerika Tengah dan Utara bisa menjadi sandungan bagi wakil Eropa dan Amerika Selatan. Kosta Rika dan Meksiko menambah berat tantangan menuju El Dorado. (AGUNG SETYAHADI dari Rio de Janeiro)