Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepak Bola, Indah dan Brutal Sekaligus

Kompas.com - 23/05/2014, 15:00 WIB
Helena Fransisca Nababan

Penulis

KOMPAS.com -  Sepak bola bisa jadi olahraga yang menarik dan indah. Namun, olahraga ini juga punya sisi gelap. Bagai dua sisi mata uang, dua hal itu selalu terlihat dalam setiap Piala Dunia.

Empat tahun lalu dalam final Piala Dunia Afrika Selatan 2010, Spanyol merebut kekaguman dunia gara-gara gaya operan bola kaki mereka yang memang menarik. Semakin menarik karena Spanyol keluar sebagai tim Eropa pertama yang menjadi juara di luar Benua Eropa.

Yang membuat prihatin, kemenangan Spanyol itu terjadi di laga final yang tidak indah. Belanda yang juga berupaya jadi pemenang menghalalkan permainan yang tidak pantas. Tim ”Oranye” banyak melakukan pelanggaran dengan body contact.

Beruntunglah Nigel de Jong, meski menendang dada Xabi Alonso, masih boleh bermain. Namun, Johnny Heitinga harus keluar lapangan karena mendapat dua kartu kuning.

Secara keseluruhan, final Piala Dunia 2010 dikenal sebagai pertandingan yang tidak bersih. Dari statistik, selama laga terjadi 47 pelanggaran dan 14 kartu kuning. Jumlah itu dinilai sebagai jumlah terbanyak selama berlangsung Piala Dunia 2010.

Meski begitu, dibandingkan dengan partai pertandingan Piala Dunia lainnya, final Piala Dunia 2010 dinilai sebagai laga yang ”jinak”. Banyak pertandingan Piala Dunia yang jauh lebih liar, brutal, dan penuh kekerasan.

Mari tengok Piala Dunia 1930. Placido Galindo merupakan pemain pertama yang dikeluarkan dari pertandingan di Peru 1930. Dalam sejarah turnamen, ia menjadi pemain pertama dari total 159 pemain yang dikeluarkan dari lapangan.

Lalu, pertandingan Piala Dunia 1938 sempat diragukan. Tak lain karena laga sempat diwarnai ”pertempuran” antara Brasil dan Cekoslowakia (dulu) di Bordeaux. Laga berakhir dengan tiga pemain dikeluarkan dari lapangan. Pemain depan Cekoslowakia, Oldrich Nejedly, mengalami patah kaki. Sementara penjaga gawang Frantisek Planicka meninggalkan lapangan dengan patah lengan.

Brasil kembali dikenal dengan citra buruknya. Tepatnya dalam perempat final Piala Dunia 1954 di Swiss. Laga menghadapi Hongaria itu dikenal sebagai ”Pertempuran Berne” yang abadi.

Laga itu memang dimenangi Hongaria, 4-2. Namun, kemenangan itu menjadi catatan kaki pertandingan karena pertandingan tersebut dinilai sebagai laga paling kotor selama Piala Dunia.

Laga itu diwarnai dengan dikeluarkannya tiga pemain, juga beberapa kali bentrok antarpenonton. Akhirnya, percekcokan itu malah melibatkan ofisial dan media Brasil. ”Itu merupakan pertempuran. Laga yang brutal dan liar,” kenang pelatih Hongaria Gustav Sebes. Ia dalam laga 1954 itu mendapat empat jahitan di wajah gara-gara diserang dengan pecahan botol.

Delapan tahun kemudian, kekerasan kembali mewarnai laga Piala Dunia. Dalam laga yang dikenal sebagai pertempuran Santiago di Cile itu, kekerasan menghiasi laga Italia melawan Cile.

Giorgio Ferrini (Italia) memprotes wasit Inggris. Alhasil, ia dikeluarkan dari lapangan. Lalu, Mario David (Italia) dikeluarkan seusai menendang kepala Leonel Sanchez (Cile). Sanchez membalas dengan mematahkan hidung Maschio (Italia). Polisi pun berulang kali turun tangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

DXI Community Camp, Rumah Komunitas Pencinta Olahraga Ekstrem Jalin Relasi

DXI Community Camp, Rumah Komunitas Pencinta Olahraga Ekstrem Jalin Relasi

Sports
Perjalanan Berliku Persija di Liga 1, Thomas Doll Ungkap Penyebabnya

Perjalanan Berliku Persija di Liga 1, Thomas Doll Ungkap Penyebabnya

Liga Indonesia
Eks Juventus Ingin Juara di Persib, Tak Sabar Tampil di Championship Series

Eks Juventus Ingin Juara di Persib, Tak Sabar Tampil di Championship Series

Liga Indonesia
Persija Putuskan Absen, PSM Ikut ASEAN Club Championship 2024-2025

Persija Putuskan Absen, PSM Ikut ASEAN Club Championship 2024-2025

Liga Indonesia
Seputar Stade Leo Lagrange yang Dikritik STY: Saksi Gol Historis, Tersebar di Penjuru Perancis

Seputar Stade Leo Lagrange yang Dikritik STY: Saksi Gol Historis, Tersebar di Penjuru Perancis

Timnas Indonesia
Indonesia Vs Guinea: Amunisi Baru Garuda Tiba di Paris, Yakin ke Olimpiade

Indonesia Vs Guinea: Amunisi Baru Garuda Tiba di Paris, Yakin ke Olimpiade

Timnas Indonesia
5 Momen 'Buzzer Beater' Historis di Playoff NBA

5 Momen "Buzzer Beater" Historis di Playoff NBA

Sports
Indonesia Vs Guinea, Saat Garuda Lebih 'Panas' dari Sang Gajah...

Indonesia Vs Guinea, Saat Garuda Lebih "Panas" dari Sang Gajah...

Timnas Indonesia
Piala Asia U17 Putri 2024: Claudia Scheunemann dkk Tingkatkan Kecepatan

Piala Asia U17 Putri 2024: Claudia Scheunemann dkk Tingkatkan Kecepatan

Timnas Indonesia
Indonesia Vs Guinea: Tantangan Persiapan 72 Jam

Indonesia Vs Guinea: Tantangan Persiapan 72 Jam

Timnas Indonesia
Persib Tatap Championship Series, Gim Internal untuk Jaga Kebugaran

Persib Tatap Championship Series, Gim Internal untuk Jaga Kebugaran

Liga Indonesia
PSG Vs Dortmund: Enrique Tebar Ancaman, Ingin Cetak 2 Gol dalam 3 Detik

PSG Vs Dortmund: Enrique Tebar Ancaman, Ingin Cetak 2 Gol dalam 3 Detik

Liga Champions
Jadwal Siaran Langsung Indonesia Vs Guinea di Playoff Olimpiade 2024

Jadwal Siaran Langsung Indonesia Vs Guinea di Playoff Olimpiade 2024

Timnas Indonesia
Indonesia Vs Guinea: Garuda Muda Terus Bersiap di Tengah Kelelahan

Indonesia Vs Guinea: Garuda Muda Terus Bersiap di Tengah Kelelahan

Timnas Indonesia
Indonesia Vs Guinea, Fokus STY Hadapi Tantangan Suhu, Psikologis, dan Lapangan

Indonesia Vs Guinea, Fokus STY Hadapi Tantangan Suhu, Psikologis, dan Lapangan

Timnas Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com