JAKARTA, KOMPAS.com — Tanggal 30 Mei 2011 adalah hari paling menggembirakan bagi sepak bola Brunei. Demikian salah satu portal berita di Brunei, Selasa (31/5/2011), yang memberitakan dicabutnya sanksi pembekuan FIFA atas negeri itu yang berlangsung hampir dua tahun.
Pencabutan sanksi pembekuan sepak bola Brunei, selain dirilis situs resmi FIFA (www.fifa.com), juga diumumkan langsung Presiden FIFA Sepp Blatter dalam jumpa pers, Senin (30/5/2011), atau sehari menjelang kongres FIFA di Zurich, Swiss.
Satu hal yang menarik, seperti diucapkan Blatter, Brunei masuk kembali dalam komunitas sepak bola internasional dengan ”baju baru”. Bukan dengan bendera Asosiasi Sepak Bola Brunei Darussalam (BAFA), melainkan dengan nama ”Asosiasi Sepak Bola Nasional Brunei Darussalam (National Football Association of Brunei Darussalam/NFABD)”.
Brunei (BAFA) dibekukan FIFA dalam sidang Komite Eksekutif FIFA di Rio de Janeiro, Brasil, 29 September 2009. FIFA menyebut ”campur tangan pemerintah (goverment interference)” sebagai alasan pembekuan itu. Seperti dilaporkan The Brunei Times, BAFA dicoret dari daftar ”Registrar of Societies (RoS)” Brunei—semacam badan hukum yang mengesahkan lembaga atau organisasi di negeri itu—pada November 2008.
Masalah korupsi
RoS Brunei terpaksa mencoret BAFA karena ”PSSI-nya Brunei” itu tidak memenuhi ketentuan harus menggelar rapat umum tahunan dan menyerahkan laporan tahunan. Meski sudah diberi kelonggaran waktu sekitar tiga bulan, BAFA tidak melaksanakan ketentuan tersebut hingga akhirnya dicoret RoS.
Tulisan berjudul "Why Brunei was Suspended from FIFA" dalam situs www.brudirect.com menyebutkan, sebelum dicoret RoS, BAFA dalam kondisi berantakan secara keuangan dan pertanggungjawabannya. Pengelolaan keuangan mereka tak jelas dan tidak transparan.
Diduga, banyak dana pendapatan hasil penjualan tiket laga sepak bola masuk kantong sejumlah ofisial BAFA. Oleh karena itu, saat diminta RoS untuk membuat laporan keuangan tahunan, mereka gagal. Masalah mereka tak ubahnya seperti korupsi.
Setelah BAFA dicoret RoS, pada Januari 2008 para suporter Brunei membentuk asosiasi baru dengan nama Persekutuan Bola Sepak Negara Brunei Darussalam atau Football Federation of Brunei Darussalam (FFBD)—yang didukung Kementerian Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga—dan langsung didaftarkan kepada RoS. FFBD juga direncanakan untuk didaftarkan pada Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) dan FIFA.
Namun, FIFA hanya melihat kulit luar persoalan di BAFA. Badan sepak bola dunia itu membekukan BAFA, September 2009, dan hanya akan mencabut sanksi Brunei jika Pemerintah Kesultanan Brunei memulihkan kembali BAFA.