JAKARTA, KOMPAS.com - Kelompok 78 suara sudah menunjuk pengacara internasional, Patrick Mbaya, guna menembus kebuntuan komunikasi dengan FIFA. Pria asal Belgia itu pun yakin, jika nantinya kasus penolakan George Toisutta dan Arifin Panigoro berlanjut ke Badan Arbitrase Olahraga (CAS), maka pasangan GT-AP bisa memenangkan perkara.
K78 suara sebagai poros pendukung GT-AP meminta Mbaya untuk menyurati Presiden FIFA Sepp Blatter untuk menanyakan dasar pencekalan Toisutta dan Arifin pada Selasa (10/5/2011). K78 berharap, dalam 24 jam FIFA sudah membalas surat tersebut.
"Kalau Pak Nurdin Halid jelas, kan, dalam standar statuta narapidana tidak boleh maju. Sedangkan tiga orang (GT, AP, dan Nirwan Bakrie) ini kan bukan narapidana. Mereka juga jelas-jelas punya bukti kuat mengurus bola," tutur Saleh Mukadar, salah satu pencetus reformasi PSSI.
"Mungkin besok, Kamis (12/5/2011) kami sudah mendapat jawaban dari FIFA," tambahnya.
Yang jelas, K78 sedang berpacu dengan waktu. Pasalnya, Komite Banding Pemilihan pada Jumat (13/5/2011), akan mengumumkan hasil kerja mereka, termasuk diterima tidaknya banding GT-AP.
"Apa pun jawabnya dari FIFA nanti, saya kira kelompok 78 akan berpegang teguh pada regulasi FIFA, yakni standar statuta FIFA maupun standar electoral code. Karena, itu adalah pijakan seluruh federasi di dunia," jelas Saleh.
Patrick Mbaya sendiri bukan orang sembarangan. Ia merupakan mantan hakim pada Badan Arbitrase Olahraga (CAS). Jika seandainya tak ada alasan yang jelas terhadap penolakan GT-AP , maka Mbaya akan membawa kasus ini ke CAS.
"Patrick Mbaya mengatakan bahwa sangat besar kemungkinan kalau FIFA tidak memberikan kejelasan alasan penolakan dan tetap melarang, saat maju ke CAS nanti kita bisa menang. Karena, kita tidak melanggar aturan FIFA," tuntas Saleh.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.