SURABAYA, KOMPAS.com — Masih ingat kenapa tim nasional Jerman dijuluki "The Panzer"? Ya, akibat lambat panas dalam menunjukkan kemampuannya, Jerman disamakan dengan kendaraan yang memang lambat panas mesinnya tersebut, tetapi punya daya gempur yang dahsyat.
Di Indonesia, julukan "The Panzer" layak disandang Persebaya Surabaya musim 1987-1988. Tim yang kala itu dibesut Kusmahadi dan Misbach ini tampil kurang gereget di awal kompetisi Perserikatan.
Bandingkan dengan juara wilayah Barat Persib Bandung. Tim berjuluk "Maung Bandung" tersebut mencetak 23 gol dari sembilan laga. Sementara sang runner-up, Persija Jakarta, mampu mengemas 18 gol.
Di babak penyisihan, meski jadi juara Wilayah Timur, Persebaya menelan tiga kekalahan. Mereka kalah dari PSM Makassar (0-1), Persiba Balikpapan (1-2), dan Persipura Jayapura (0-12). "Bajul Ijo" juga kurang produktif dengan hanya mencetak 14 gol dari 9 laga.
Kondisi berbanding terbalik ketika Persebaya memasuki babak 6 besar. Persebaya tampil trengginas dan menjadi tim yang paling produktif dengan 10 gol. Mereka mengungguli Persib dan Persija yang hanya mengemas 7 gol. Ini tak lepas dari performa duet Syamsul Arifin dan Mustaqim yang memang sedang on fire dalam babak itu. Berkat ketajaman mereka, Syamsul bahkan dinobatkan sebagai top skorer dengan torehan 9 gol. Jadi, wajar jika akhirnya Persebaya keluar sebagai juara Perserikatan musim 1987-1988. (Soccer)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.