Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dewan Ancam Bekukan Anggaran

Kompas.com - 22/12/2010, 05:21 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS - Kerusuhan antarsuporter PSIM Yogyakarta pada Minggu lalu membawa dampak lanjutan. Komisi D DPRD Kota Yogyakarta mengancam akan merekomendasikan pembekuan anggaran untuk PSIM pada 2011 jika keonaran antarsuporter terjadi lagi.

Hal itu dikemukakan Ketua Komisi D DPRD Kota Yogyakarta Sujanarko seusai rapat mendadak dengan manajemen PSIM di Gedung DPRD Kota Yogyakarta, Selasa (21/12). Komisi D merupakan komisi kerja yang salah satu tugasnya membawahi pengawasan dan penganggaran terhadap PSIM.

”Kami memberikan peringatan kepada manajemen klub untuk bisa menyelesaikan masalah (konflik suporter) ini. Kalau tetap onar, Komisi D akan rekomendasikan ke pimpinan Dewan untuk tidak mencairkan dana PSIM pada 2011,” kata Sujanarko.

Pada 2011, PSIM dianggarkan menerima dana dari APBD Kota Yogyakarta sebesar Rp 5,8 miliar. Perinciannya ialah Rp 4,8 miliar untuk operasionalisasi klub selama mengikuti kompetisi Divisi Utama dan Rp 1 miliar untuk pembinaan usia muda. Dana operasional itulah yang terancam dibekukan.

Lebih jauh, Sujanarko menilai, dana rakyat sebesar itu sangat sayang jika hasilnya hanya menimbulkan kerusuhan dan keonaran. ”Ditambah lagi, kalau rusuh terus, kasihan warga yang murni ingin menonton sepak bola, yang jumlahnya lebih banyak dari yang berbuat onar,” kata anggota Fraksi PDI-P ini.

Komisi D dalam pertemuan itu juga mengusulkan beberapa pengaturan teknis kepada manajemen untuk mencegah konflik pecah lagi. Di antaranya, penempatan suporter dalam stadion yang tidak berdasarkan kelompok-kelompok, pelarangan penonton membawa atribut kelompok suporter, dan tidak menyanyikan yel-yel yang biasanya menjadi ajang saling ejek antarkelompok.

Konflik antarpendukung PSIM yang berlarut-larut ini sebelumnya juga telah membuat Wali Kota Yogyakarta Herry Zudianto mengancam mundur dari jabatannya sebagai Ketua Dewan Pembina PSIM. Bukan hanya itu, Herry yang dikenal penggila bola itu juga menarik dukungannya secara pribadi kepada klub profesional tertua di DIY itu.

Herry mengaku merasa gagal secara moril membangun visi sukses PSIM yang salah satunya suskes pembinaan suporter. Apalagi selama ini Pemkot Yogyakarta mendukung PSIM dengan dana besar dengan harapan menjadi pemersatu anak muda Yogyakarta, bukan pemecah belah.

Minta komitmen

Terkait persoalan ini, Direktur Operasional PSIM Hans Purwanto menyatakan, pihaknya akan mencoba memulai lagi upaya mempertemukan kubu yang berkonflik agar mau berdamai. ”Kami akan meminta komitmen mereka secara tertulis untuk mau menghentikan konflik,” kata Hans, Senin.

Hans juga meneguhkan sikap, jika hingga menjelang pertandingan kandang PSIM berikutnya masalah ini belum juga terselesaikan, ia akan mengundurkan diri dan menarik PSIM dari kompetisi. Sesuai jadwal, PSIM akan menjalani laga kandang lagi pada 10 Januari 2011 melawan Persik Kediri.

Konflik antarpendukung PSIM diduga berakar dari persaingan saat pemilihan kepengurusan Brajamusti, kelompok suporter PSIM, beberapa waktu lalu. Pihak yang tidak puas dengan hasil pemilihan tersebut kemudian membentuk wadah suporter baru bernama Maident (Mataram Independent), berpisah dari Brajamusti.

Sejak saat itu, bentrok antarsuporter PSIM kerap terjadi, yang puncaknya terjadi pada Minggu lalu saat PSIM menjamu Mitra Kukar di Stadion Mandala Krida. Dua kelompok suporter bentrok di dalam dan luar stadion. Akibatnya, empat suporter harus dirawat di rumah sakit akibat lemparan batu dan satu orang terkena tusukan senjata tajam. (ENG)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com