Menurut Indra, dalam perjalanannya menjelajahi daerah untuk mencari bakat pemain muda bukanlah kegiatan mudah. Pasalnya, mereka harus swadana.
"Kami harus mencari sumber pendanaan sendiri untuk menjelajah ke perkampungan, hingga kaki bukit. Karena memang tidak ada dana dari PSSI," katanya.
Blusukan ke berbagai daerah itu berawal dari kegagalan mengelola Timnas U-16 pada 2011. Waktu itu mereka gagal total karena tidak memiliki materi pemain yang cukup.
"Kami dipaksa meramu pemain titipan dari oknum pengurus sepak bola. Mereka mengklaim bahwa pemain-pemain itulah yang terbaik di Indonesia," ujarnya.
Setelah itu dia mulai sadar, bahwa bangsa ini masih menyimpan bakat pemain bola yang melimpah ruah. Hanya saja, kata Indra, tidak ada yang mencoba membuka akses untuk mencari pemain-pemain tersebut.
"Saya yakin, di bumi nusantara ini, masih banyak mutiara-mutiara berbakat yang dapat dimaksimalkan," terangnya.
Dia pun bersama beberapa pakar dan akademisi yang ditunjuk mulai bergerilya mencari bakat-bakat terpendam tersebut. Sejak 2011 sampai saat ini, pihaknya telah memantau 120 pemain berbakat dari berbagai daerah untuk mencapai target finalis Piala Asia U-19 2014.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.