KOMPAS.com - Memasuki bursa transfer pemain, tidak hanya agen dan manajemen yang sibuk. Rumah sakit dan tim medis pun terlibat.
Di Liga 1 Indonesia sering terjadi kasus klub mengakhiri kontrak pemain secara dini. Salah satu alasannya adalah ketidaksesuaian kondisi pemain dengan tuntutan yang dibutuhkan tim pelatih atau klub.
Lantas muncul pertanyaan mengapa klub bisa kecolongan? Padahal setiap pemain yang didaratkan wajib menjalani tes kesehatan terlebih dahulu.
Terlebih tes medis yang dilakukan melibatkan peralatan canggih dan para ahli di bidangnya.
Baca juga: Nasib Empat Pemain Asing Persib dan Hambatan Manajemen di Bursa Transfer
Mengenai hal itu, dokter yang punya pengalaman sebagai dokter tim klub sepak bola dan klub basket, dr Donny Kurniawan SpKO, membagikan pengalamannya.
Ia mengungkapkan, kecolongan semacam ini seringkali bukan karena kelalaian tim medis atau masalah akurasi hasil tes.
Diakuinya, kesalahan tersebut lebih sering dilakukan klub karena terlalu tergesa-gesa mengontrak pemain dengan satu atau alasan lain.
"Jadi klub itu bukan kecolongan tapi tahu, tidak ada yang kecolongan. Jadi segala sesuatunya yang bilang kecolongan itu lebih ke arah publik," ujar dokter yang menjabat sebagai Head Medical Division APPI itu kepada Kompas.com.
Lantaran sudah ada kontrak yang disepakati membuat tes medis menjadi tidak obyektif.
Bahkan tak jarang hanya sekadar formalitas karena kebijakan klub yang sudah terlanjur mengikat kerja sama dengan sang pemain.
Baca juga: Kabar Gugatan Marko Simic di Tengah Geliat Persija pada Bursa Transfer Liga 1
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.