KOMPAS.com - Sejumlah tim Liga 1 sedang menyelenggarakan Pre Competition Medical Assessment (PCMA) kepada pemain di masa persiapan musim baru 2022-2023.
PCMA secara umum dikenal sebagai serangkaian tes yang mengukur kondisi pemain sebelum menyongsong kompetisi.
Pre Competition Medical Assessment merupakan prosedur pemeriksaan medis yang diperkenalkan FIFA sebagai standarisasi perekrutan pemain.
Dengan PCMA, klub dan pemain memiliki data kesehatan yang detail terkait kondisi pemain yang diperiksa.
Sehingga, bila ditemukan masalah bisa ditangani maupun dicegah sesegera mungkin supaya pemain bisa tampil optimal.
Baca juga: Persib Tak Khawatir Regulasi Pemain U23 di Liga 1 2023-2024 Berlaku
Selain itu, dokter spesialis olahraga, dr. Donny Kurniawan, SpKO, menerangkan PCMA juga merupakan syarat untuk pendaftaran pemain.
Data-data yang dimasukkan pun terintegrasi dengan bank data pemain di PT Liga Indonesia Baru.
“PCMA itu digunakan untuk pendaftaran. Jadi misalkan Indonesia pendaftaran liga setiap klub harus melakukan PCMA lalu di summit ke LIB sebagai pendaftaran pemain,” tutur mantan dokter tim Persija jakarta kepada Kompas.com.
Dalam pelaksanaan PCMA, biasanya disediakan form khusus yang diterbitkan oleh FIFA maupun pihak terkait.
Pada Liga 1 Indonesia, form PCMA diterbitkan setebal 16 halaman oleh PT LIB.
Terdapat ratusan poin yang harus diisi berdasarkan serangkaian tes medis kepada pemain dalam form tersebut.
Tes dilakukan secara menyeluruh mulai dari kebugaran, stamina, fisio, fisik sampai organ dalam.
“Yang mengisi biasanya dokter tim. Tapi, misalkan dari komponen itu ada pemeriksaan dokter umum, jantung, pemeriksaan dokter ortopedi dan pemeriksaan lab,” sambungnya.
PCMA biasanya melibatkan tim dokter yang terdiri dari beberapa dokter spesialis dan peralatan medis khusus.
Baca juga: Persib Harus Siapkan Homebase yang Layak Dipasang VAR Liga 1 2023-2024
Lokasi bisa dilakukan di mana saja asalkan sudah memenuhi kebutuhan sarana prasarana prosedur tes.
“Kalau kita lebih menganjurkan pemeriksaan berbasis rumah sakit, supaya spesialis bidang profesi, atau ahlinya yang melakukan pemeriksaan. Sehingga, pemeriksaan lebih obyektif,” ujar dokter yang kini menjabat sebagai kepala Divisi Medis APPI tersebut.
“Kalau saya ada penambahan pemeriksaan functional testing yaitu perform test. Tujuannya untuk menyaring atau memberikan suatu data obyektif pada hasil-hasil pemeriksaan yang sifatnya objektif.”
“Misal, pemeriksaan ortopedi tergantung tangan dari pemeriksanya karena biasanya diperiksa fisiknya saja. Kita tambahkan perform test itu misal weight balance, sprint test, agility test, plank geometrik. Prinsipnya untuk simetrisitas antara kaki kanan atau kiri keseimbangan composite score,” tambahnya.
Dari data-data tersebut, tim dokter akan melaporkan gambaran kondisi pemain secara keseluruhan kepada klub maupun tim pelatih.
Kemudian, data ini bisa diolah tim pelatih untuk memberikan program khusus terhadap pemain bersangkutan.
Sebelum terlalu jauh, data tersebut biasa menjadi pertimbangan utama klub dan pelatih sebelum memulai persiapan.
“Hasil dari semua itu menunjukkan kelayakan apakah atlet ini layak bertanding atau tidak. Bisa juga dia mungkin layak bertanding tapi mempunyai risiko cedera atau kesehatan lainnya,” pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.