Gelar ketiga Liga Champions bersama Milan lantas diraih Baresi pada 1993-1994, kala tim dinakhodai Fabio Cappello.
Kisah Baresi nyata menunjukkan bahwa Milan pernah bangkit dari keterpurukan. Mentalitas Baresi adalah inspirasi berharga bagi pasukan muda Milan saat ini yang dilatih Stefano Pioli.
Lihat bagaimana Baresi pulih secara “ajaib” dari cedera meniskus pada lutut kiri kala membela Italia di Piala Dunia 1994.
Baresi mengalami cedera pada laga fase grup kontra Norwegia. Ia lantas menjalani operasi di tengah turnamen berjalan.
Siapa sangka, hanya dalam tempo 25 hari, Baresi pulih dan bermain di final Piala Dunia 1994 melawan Brasil!
Ia bermain 120 menit plus turut menjadi algojo Italia dalam adu penalti di final Piala Dunia 1994. Sang kapten tak mau melihat Italia berlayar tanpa dirinya.
“Saya ingin bersama tim. Terus terang, saya tak percaya akan berhasil kembali. Tetapi, semakin Italia melaju, semakin saya mengintensifkan latihan. Itu terjadi secara otomatis,” ujar Baresi dilansir ESPN dari Guerin Sportivo.
Kisah Baresi mengajarkan untuk selalu percaya kepada mimpi dan adanya jalan untuk kembali ke titik tertinggi.
Spirit dari sang kapten legenda itulah yang mesti digelorakan dalam misi terbaru kelahiran kembali alias renaisans AC Milan.
Setelah sukses mengakhiri penantian 11 tahun untuk kembali menjuarai Serie A Liga Italia, Milan kini rindu berjaya di Liga Champions, kompetisi yang dengan bangga mereka sebut rumah.
Rossoneri terakhir kali mengangkat trofi Liga Champions pada 2007 silam, alias 16 tahun lalu.
Baresi, dalam interviu dengan KOMPAS.com, menyebut Milan saat ini sudah berada di trek yang benar untuk mengembalikan status sebagai raksasa Eropa.
“Tim berkembang pesat di dalam lapangan, namun pada saat bersamaan juga bertumbuh di luar arena. Hal tersebut penting untuk menunjukkan bahwa klub melakukan sesuatu yang benar secara menyeluruh,” kata Baresi yang kini menjabat sebagai Wakil Presiden Kehormatan AC Milan.
Baresi pernah menerbitkan otobiografi berjudul “Libero di Sognare”. Libero bisa dimaknai sebagai posisi Baresi kala bermain, di mana ia dibebaskan dari tugas penjagaan lawan agar bisa leluasa membaca permainan dari jantung pertahanan.
Tapi, kata "libero" juga berarti “bebas”. Bebas untuk Bermimpi, itulah kira-kira terjemahan dari judul buku otobiografi yang memuat lika-liku perjalanan hidup Baresi di lapangan hijau.
Baca juga: EKSKLUSIF Franco Baresi: Milan Vs Inter di Liga Champions, Tanda Kebangkitan Serie A?