Seperti yang terjadi saat ini, pemetaan masalah tidak terstruktur dan tersusun dengan baik. Jangankan masalah Israel, masalah kesiapan infrastruktur sarana dan prasarana stadion saja masih heboh sampai belum bisa dipastikan. Stadion yang akan dipakai pun belum ditetapkan walau pelaksanaan Piala Dunia tinggal tiga bulan.
Apalagi sepak bola Indonesia diguncang dengan peristiwa memilukan di Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur yang menewaskan 135 suporter dan ratusan orang lainnya terluka pada 1 Oktober 2022. Kasus itu jadi perhatian dunia dan masuk dalam catatan FIFA.
Baca juga: 3 Calon Tuan Rumah Baru Usai Indonesia Batal Gelar Piala Dunia U20 2023
Karena tidak ada rencana mitigasi yang matang, akhirnya fokus persiapan Piala Dunia U-20 pun terganggu. Kasus Kanjuruhan juga berbuntut dilaksanakannya kongres biasa dan luar biasa PSSI dengan muara pergantian pengurus PSSI. Praktis persoalan yang terkait dengan persiapan Piala Dunia U-20 agak terbengkalai.
Komunikasi dan koordinasi LOC dengan Indonesia FIFA U-20 World Cup Organizing Committee (INAFOC) tak berjalan mulus. Bahkan, struktur INAFOC baru terisi penuh dan baru terlihat bekerja setelah pengurus PSSI baru terbentuk pada Februari 2023.
Keputusan FIFA sudah final. Kita terpaksa harus menerima dan menelan pil pahit. Impian untuk melihat anak bangsa tampil di pentas Piala Dunia U-20 sekali lagi harus tertunda. Ini menjadi ongkos pembelajaran yang mahal.
Kita harus belajar dari kasus ini, jika masih berani mencalonkan diri sebagai tuan rumah di ajang olahraga, seperti Piala Dunia atau Olimpiade.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.