KOMPAS.com - Dengan raut tersenyum penuh rasa bangga, Beatriks Rumaseb memberi kecupan di kening putranya, Perez Rumaseb, yang akan berangkat ke Pulau Jawa sebagai bagian dari tim Papua Football Academy (PFA) pada Sabtu (11/2/2023) pagi waktu lokal.
Perez pun berlinang air mata haru setelah mendapat kecupan di depan pintu masuk Bandara Mozes Kalingin, Timika, Papua tersebut.
Rautnya tersipu malu karena di hadapan dia hadir beberapa media nasional yang meliput, termasuk Kompas.com.
Pertemuan singkat itu adalah momen langka bagi Perez bersama ibunya. Perez merupakan salah satu dari 30 anak beruntung yang menjadi angkatan pertama Papua Football Academy.
Perez hanya punya kesempatan sekali sebulan untuk mendapat kunjungan dari keluarga selama ia menempuh masa pendidikan sepak bola dan formal selama dua tahun di PFA yang bermarkas di Mimika Sports Complex (MSC), Timika.
Baca juga: Rully Nere Sambut Hangat Kehadiran Papua Football Academy
PFA merupakan sekolah sepak bola dan asrama bagi putra Papua. Program ini merupakan komitmen PT Freeport Indonesia dalam membangun masyarakat Papua, salah satunya di bidang olahraga.
"Saya sangat bangga karena tidak menyangka Perez bisa menjadi bagian dari PFA dari sekian banyak anak yang ikut seleksi,” ujar Beatriks.
“Bersyukur juga karena PFA bisa memberikan peluang bagi generasi muda di Papua.”
Walau baru beberapa bulan sang anak bergabung dengan PFA, wanita yang merupakan anggota Polri di Satuan BInmas Polres Mimika tersebut mengatakan bahwa dirinya sudah bisa melihat perubahan besar.
“Keluarga sangat bersyukur karena anak-anak ini kan masuk dengan pribadi masing-masing, seperti Perez yang sangat dekat dengan maminya,” ujarnya menambahkan.
“Akan tetapi, sejak masuk PFA perubahannya sangat besar sekali. Dia sekarang sudah sangat mandiri.”
“Dulu di rumah suka memanggil, ‘mami-mami’. Namun, sejak di PFA dia tak ada lagi kaya itu. Sudah dewasa dan bisa sangat mandiri dan mengerjakan sesuatu sendiri.”
Membangun Karakter dan Budaya Anak Papua
Perkembangan kedewasaan Perez dan juga rekan-rekan dia lainnya adalah persis dengan apa yang ingin dicapai oleh PT Freeport kepada para generasi penerus di Papua.
“Ini adalah bagaimana cara kita membangun manusia, saya rasa kita tepat bersama PFA. Saya senang karena anak-anak ini luar biasa,” ujar Claus Wamafma, Direktur PT Freeport Indonesia, dalam acara jamuan makan malam di kompleks Kuala Kencana Freeport pada Kamis malam.
“Kami punya mimpi, suatu hari mungkin ada anak-anak dari PFA bisa main di Timnas Indonesia,” ujarnya melanjutkan.
“Namun, paling penting, adalah setelah mereka selesai bermain sepak bola ada nilai-nilai yang mereka bawa kembali ke masyarakat. Ini penting.”
“PFA ini harus jadi Freeport mini. Nilai-nilainya adalah budaya korporat: tidak boleh pukul orang, bully orang, menghormati satu sama lain, buang sampah tidak boleh sembarang, mengantri di counter bandara, masuk tepat waktu, tidak boleh tipu-tipu,” tutur penggila sepak bola tersebut.
“Nilai-nilai ini harus bisa kami sampaikan.”
Baca juga: Luncurkan Papua Football Academy, Jokowi Harap Muncul Legenda Sepak Bola dari Papua
Ia melanjutkan bahwa PFA itu ibarat laboratorium mini di mana semua pihak bisa belajar mengenai nilai-nilai budaya dan membawanya kembali ke keluarga mereka masing-masing.
Hal itu merupakan pesan yang diharapkan akan bisa disalurkan anak-anak didik PFA ke masyarakat luas.
“Kita ajarkan ke anak-anak dan ketika mereka kembali ke masyarakat bisa menjadi duta-duta kebaikan. Mereka berbicara hal-hal baik dan benar,” tuturnya.
“Kita merajut mimpi untuk melihat talenta-talenta sepak bola terbaik Tanah Papua untuk menjadi pemain yang bisa berbicara di level nasional bahkan suatu saat mewakili Indonesia di level internasional.”
Hal serupa juga dikatakan oleh pelatih Wolfgang Pikal yang menjadi Direktur Akademi PFA.
"Fokus di PFA adalah agar para pemain tak hanya bagus secara teknik dan taktik tetapi juga punya sifat yang baik untuk jadi manusia baik dan pemain profesional," ujarnya kepada Kompas.com.
Ia menambahkan bahwa PFA mengajarkan tiga pilar penting: Skill kehidupan sehari-sehari, termasuk disiplin dan higienis; Akademik sekolah di mana mereka terus melanjutkan pendidikan formal; dan ketiga adalah sepak bola.
"Harapannya adalah pertama agar semua anak di sini jadi manusia baik dan produktif dalam lingkungan keluarga besar mereka," tuturnya.
"Kemudian, semoga setengah dari anak-anak didik kami bisa menjadi pemain profesional."
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.