“Jika ada opsi untuk klub bisa membuat turnamen sendiri mungkin akan lebih baik. Wasit kami cari sendiri, siapkan lapangan sendiri, dan kami atur sendiri regulasinya,” beber Achsanul Qosasi.
Keputusan melanjutkan kompetisi tanpa degradasi menurutnya kebijakan yang kurang fair bagi klub.
Sejak awal kompetisi musim ini klub sudah mengeluarkan biaya cukup banyak untuk mengarungi kompetisi.
Ditambah dengan insiden Tragedi Kanjuruhan yang berimbas pada dihentikannya kompetisi dalam waktu yang cukup lama.
Kemudian, kompetisi dilanjutkan dengan sistem bubble. Baginya hal itu sudah sangat merugikan klub. Apalagi bagi klub-klub yang telah mengeluarkan banyak biaya untuk membangun skuad yang bisa bersaing secara kompetitif musim ini.
Menurut Achsanul Qosasi, ini akan berdampak pada kompetisi yang tidak akan menarik dan seru untuk disaksikan karena tidak ada persaingan yang sehat di antara klub.
“Buat apa kami jauh-jauh away dengan biaya besar sementara pertandingan tidak lagi seru dan fair.”
"Kalah pun kami tak khawatir, ini kompetisi model apa?" katanya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.