"Steward di tribune tak kelihatan punya wewenang buat mengatur orang biar agar tidak duduk atau berdiri di tangga," tutur eks jurnalis Tabloid BOLA, Anggun Pratama, yang hadir bersama anaknya di laga kontra Vietnam.
"Masih ada kurang orang untuk mengarahkan penonton. Baik itu dari EO atau apapun tetapi kru seharusnya diperbanyak," ujar suporter setia timnas, Genta Ripta, yang hadir di semua laga di Piala AFF 2022.
"Seperti event musik, stewards yang (seharusnya) mengarahkan, menunjukkan kursi ke penonton. Masih banyak banget titik-titik orang berkumpul yang membahayakan dan berdempetan."
Hal yang tak kalah menjadi perhatian adalah dugaan beberapa orang bahwa penonton gelap ini diselundupkan masuk oleh aparat keamanan.
“Banyak sekali yang tak bertiket bisa masuk apalagi diduga Paspampres dan kroni-kroni pengawal pejabat pada menyelundupkan koleganya. Mending 1-2 orang, ini sekeluarga pada masuk VIP Timur,”ujar seorang suporter yang enggan disebutkan namanya, lewat direct message.
”Penjualan tiket sudah bagus online, namun perlu tambahan tiket gelang agar teridentifikasi antara penonton bertiket dan penonton gelap,” tulis akun @Achmad9909.
“Banyak oknum petugas pengamanan yang suka memasukan penonton gelap”.
"Oknum yang sedang tugas di GBK, banyak bawa sanak saudara/kenalan tanpa ada tiket,” tambah akun @molcimoli.
Bagi pengamat sepak bola Anton Sanjoyo yang juga mantan anggota TGIPF, hal ini bukti bahwa hampir semua rekomendasi TGIPF tentang keselamatan dan kapasitas penonton diabaikan.
“Penyelundupan anggota-anggota keamanan dalam tanda kutip. Soal penonton siluman persis terjadi juga di Kanjuruhan,” tutur Anton kepada Kompas.com, Minggu (8/1/2023).
“Tidak memungkinkan kita menghitung berapa tiket terjual dan orang yang masuk.”
“Urusannya mentalitas. Belum lagi petugas keamanan. Selalu ada kebocoran. Bisa dari pejabat, sponsor, dll. Detail-detail kecil itu yang menyebabkan Tragedi Kanjuruhan.”
Baca juga: BERITA FOTO: Dibekuk Vietnam 2-0, Garuda Gagal ke Final Piala AFF
Bagi Anton, kekecewaan tim TGIPF akhirnya bermuara kepada sikap Presiden Joko Widodo dalam menanggapi laporan secara umum.
“Menurut kami tidak serius. Ada ketakutan Presiden soal sanksi FIFA dan hubungannya dengan Piala Dunia U20, tapi detail menjadi terabaikan sama sekali,” ujar jurnalis olahraga senior ini.
“Yang betul-betul baru direspons bagus itu soal sikap keamanan dari Polisi. Surat Keputusan Polri berubah soal pengamanan di ajang olahraga. Yang lain tidak ada yang berubah.”
“Terutama menyangkut urusan sama federasi. Memang PSSI betul-betul mengabaikan," lanjutnya.
"Saya yakin mereka berani melakukan itu karena tidak disentuh pihak berwenang. PSSI dianggap tidak bersalah. Padahal detail-detail kecil itu yang menyebabkan Kanjuruhan. “
“Bottom line-nya adalah Presiden tidak peduli karena takut. PSSI dianggap tak tersentuh sehingga terjadi lagi penonton tak karuan, berdesakan.”
Kompas.com sendiri telah menghubungi PSSI untuk memberikan komentar terkait penyelenggaraan laga-laga Piala AFF di SUGBK, tetapi belum ada balasan hingga berita ini diturunkan.