KOMPAS.com - Selebrasi vulgar kiper Argentina Emiliano Martinez di panggung pemberian medali kemenangan Albiceleste usai final Piala Dunia 2022 turut mendapat komentar dari pelatih legendaris Italia, Fabio Capello.
Menurut Fabio Capello, apa yang dilakukan Emi Martinez pada seremoni tersebut adalah "bodoh".
Emi Martinez melakukan selebrasi vulgar nan nakal ke arah tribune suporter timnas Perancis.
Emi Martinez meletakkan trofi Sarung Tangan Emas yang dia menangi di depan alat vitalnya dengan ekspresi sombong.
Sang penjaga gawang menerima piala Sarung Tangan Emas setelah terpilih menjadi kiper terbaik Piala Dunia 2022 Qatar.
"Seorang yang bodoh," tutur Capello saat ditanya mengenai gestur sang penjaga gawang tersebut dalam sebuah wawancara khusus dengan media Italia Corriere della Serra.
Baca juga: Pembicaraan Khusus untuk Selebrasi Emi Martinez di Final Piala Dunia 2022
Tak hanya itu, Capello juga mengeluarkan pendapat mengenai jubah biht yang dikenakan para petinggi FIFA dan tuan rumah Qatar kepada Lionel Messi saat sang kapten Argentina itu hendak mengangkat trofi juara.
Capello sendiri tak mempermasalahkan pemakaian jubah tembus pandang berwrna hitam dengan aksen emas tersebut.
"Saya melihatnya sebagai gestur untuk menghormati seorang yang hebat," ujarnya. "Mereka mengenakan jubah itu ke Messi karena pencapaian sang pemain."
"Orang lain melihatnya dari sudut pandang politis, saya melihatnya dari sudut pandang olahraga."
Baca juga: Mengenal Bisht, Jubah Kain Lionel Messi Saat Angkat Trofi Piala Dunia
Selain itu, Capello juga berbicara mengenai tren permainan di Qatar 2022. Menurutnya, performa di lapangan mencerminkan musim yang tengah berjalan.
Kendati para pemain menemukan kesulitan membongkar pertahanan, Piala Dunia Qatar tetap menjadi turnamen tersubur sepanjang sejarah dengan terciptanya 172 gol, termasuk enam gol di partai pemuncak antara Argentina dan Perancis.
"Kebugaran pemain sangat terlihat, dalam periode musim yang sempurna bagi performa mereka," ujar Capello lagi.
"Ini membuat laga-laga lebih sulit bagi semuanya, bahkan bagi tim-tim bagus."
"Satu hal lagi yang memesona saya adalah rapatnya pertahanan tim, praktis tak ada yang bermain dengna garis tinggi."
Capello pun ditanya apakah ini berarti sepak bola kembali ke pakem prioritas pertahanan yang begitu lekat dengan calcio ala Italia dari tahun ke tahun.
"Saya mendengar banyak formasi berbeda tetapi banyak yang bermain dengan skema 9-1," ujarnya.
"Mereka bermain rapat dalam pertahanan dan menyerang dengan banyak pemain."
Baca juga: Wasit Final Piala Dunia 2022 Buka Suara Soal Kontroversi Gol Messi
"Tak perlu menciptakan strategi lain. Jika Anda bermain dengan tiga bek tengah, akan ada lebih banyak ide bertahan. Bermain empat bek akan memberi lebih banyak ide ofensif."
Capello pun tampak lebih menyukai tren ini ketimbang tiki-taka ala Spanyol yang menekankan penguasaan bola.
"Terima kasih Tuhan! Itu (penguasaan bola) adalah kematian sepak bola, kebosanan tulen," ujarnya lagi.
"Penguasaan bola seperti ini mengangkat tanggung jawab dari siapapun yang memainkan si kulit bundar dengan hanya melancarkan umpan ke samping."
"Butuh keberanian untuk bermain vertikal."
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.