TEHERAN, KOMPAS.com - Tim nasional Iran disebut akan menghadapi pembalasan setelah pulang ke negara asalnya, akibat sikapnya di Piala Dunia 2022 Qatar dan kalah dari Amerika Serikat (AS), menurut para pakar yang dihubungi The New York Post.
Mike Baker, mantan petugas operasi rahasia CIA, mengatakan bahwa para pemain Iran terjebak dalam posisi sulit setelah kalah dari AS dan gagal melaju ke babak 16 besar.
“Mengingat apa yang sudah kita lihat dari rezim Iran... mereka menunjukkan diri brutal dan tidak ada alasan untuk percaya bahwa mereka tiba-tiba menjadi rasional,” kata Baker, dikutip dari NYPost pada Selasa (29/11/2022).
Baca juga: Hasil Iran Vs Amerika Serikat 0-1, Pulisic dkk Lolos 16 Besar Piala Dunia 2022
Dalam pertandingan pertama melawan Inggris, para pemain Iran menolak menyanyikan lagu kebangsaan sebagai dukungan protes atas kematian Mahsa Amini, perempuan berusia 22 tahun yang tewas pada September 2022 setelah ditahan polisi moral, diduga karena melanggar aturan ketat bagi perempuan di sana termasuk kewajiban berjilbab
Menurut Baker, setelah para pemain Iran menyanyikan lagu kebangsaan dalam laga kedua dan ketiga, kemenangan melawan AS akan membantu meringankan pelanggaran mereka sebelumnya.
Di kasus sebelumnya, atlet panjat tebing Iran yakni Elnaz Rekavi dilaporkan menjadi tahanan rumah di negara asalnya karena pada Oktober 2022 berkompetisi di luar negeri tanpa jilbab, yang banyak dianggap sebagai isyarat dukungan untuk demo Mahsa Amini.
Rekabi (33) kemudian diancam akan disita properti keluarganya jika tidak membuat permintaan maaf, menurut laporan yang beredar.
Sekarang, lanjut Baker, timnas Iran dapat terancam denda atau bahkan penangkapan setelah kekalahan dari AS begitu mereka tiba di rumah, sebagai pembalasan atas ketidaksetiaan dan kegagalan mengalahkan lawan.
“Tidak ada yang baik jika Anda adalah pemain Iran saat kembali ke rumah,” tambahnya.
Baca juga: Hasil Piala Dunia 2022: Inggris Pesta 3 Gol, Amerika Serikat Bungkam Iran
Para pemain Iran mungkin bisa membelot ke negara lain, tetapi itu tidak mungkin karena meninggalkan kerabat akan sangat sulit, ungkap Baker.
“Sulit menempatkan diri kita pada posisi itu,” lanjutnya. “Anda membahayakan keluarga dan teman saat melakukan itu, tetapi saya tidak akan terkejut jika sejumlah pemain sempat memikirkannya.”
Kenneth R Timmerman, penulis dan pakar Iran, berpendapat bahwa nasib para pemain Iran sudah diputuskan sebelum pertandingan lawan USMNT--singkatan nama timnas pria AS--karena telah berbuat dosa dengan tidak menyanyikan lagu kebangsaan.
"Saya akan takut ditangkap," ucap Timmerman. "Bahkan jika mereka menang, mereka akan ditangkap, dipukuli habis-habisan, dan diperingatkan, 'Jangan pernah lakukan ini lagi'."
Baca juga: Klasemen Grup B Piala Dunia 2022: Inggris Juara Grup, Amerika Serikat Singkirkan Iran
Sementara itu, Fatemeh Aman yang merupakan peneliti di Middle East Institute, lembaga pemikir atau think tank non-profit yang berbasis di Washington, tidak merasa tim Iran akan menghadapi pembalasan apa pun setelah kekalahan lawan skuad asuhan Gregg Berhalter.
Situasinya mungkin berbeda jika satu atau dua pemain menolak menyanyikan lagu kebangsaan sebelum pertandingan lawan AS, tetapi dia yakin dengan persatuan tim, semua bernyanyi bersama, akan melindungi mereka.
"Anda tidak bisa menangkap seluruh tim nasional pada saat bersamaan, Anda tidak bisa melakukan itu," kata Aman.
Namun, jika ada satu pemain yang dianggap mendukung demonstrasi di Iran, paspornya bisa disita atau terancam dijatuhi denda, imbuhnya.
“Saya rasa orang Iran merasa kasihan pada mereka,” kata Aman tentang tim nasional yang diarsiteki Carlos Queiroz tersebut. "Mereka dalam posisi yang sangat, sangat sulit, posisi yang sangat buruk."
Baca juga: Piala Dunia 2022: Teman Pemain Iran Tewas Ditembak Usai Rayakan AS Lolos ke 16 Besar