KOMPAS.com – Piala Dunia 2010 tidak pernah bisa dipisahkan dari terompet khas Afrika Selatan, Vuvuzela. Namun, kehadirannya dalam ajang akbar itu menimbulkan kontroversi.
Tak bisa dimungkiri, sejumlah penggemar sepak bola bakal merasa kesal saat menonton Piala Dunia 2010 di televisi.
Betapa tidak? Suara bising yang ditimbulkan Vuvuzela selama turnamen Piala Dunia 2010 menimbulkan suasana tidak nyaman.
Memang, kehadiran Vuvuzela tak lepas dari keinginan penggemar sepak bola untuk memeriahkan Piala Dunia yang untuk kali pertama digelar di sebuah negara Afrika.
Baca juga: 15 Hari Jelang Piala Dunia 2022: Revolusi Perancis, Mogok Latihan di Piala Dunia 2010
Namun, permasalahannya adalah suara Vuvuzela sangat berisik. Lengkingan Vuvuzela selama Piala Dunia mencapai 100,5 desibel dan yang tertinggi bahkan menyentuh 144,2 desibel.
Akademisi Universitas Pretoria, Dirk Koekemoer, menuturkan bahwa terompet khas Afrika Selatan itu memang tidak baik untuk telinga.
“Saya memiliki Vuvuzela sendiri. Ingatan saya dengan orang yang meniupnya di dekat telinga Anda membuat saya berasumsi bahwa Vuvuzela tidak baik untuk telinga,” ucap Dirk Koekemoer, dilansir dari The Independent.
“Yang mengejutkan saya adalah fakta bahwa Vuvuzela menghasilkan suara empat kali lebih banyak dari yang saya duga,” tambah dia.
Baca juga: Piala Dunia 2022, Asmara di Balik Pengumuman Skuad Timnas Brasil
“Buktinya suara yang dihasilkan sangat keras, bahkan dengan pelindung telinga sekitar 25 desibel, suara tersebut masih dapat merusak telinga dalam laga sepak bola,” katanya.
Tak ayal, pemain-pemain sepak bola di Piala Dunia 2010 banyak memberikan kritik soal kehadiran Vuvuzela.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.