KOMPAS.com - PT Liga Indonesia Baru selaku operator kompetisi sepak bola Indonesia mengadakan owners meeting di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Jumat (4/11/2022) sore.
Owners meeting yang dihadiri oleh pihak PT LIB, perwakilan klub, hingga induk sepak bola Indonesia (PSSI) itu berlangsung selama kurang lebih tiga jam.
Salah satu hal yang menjadi topik pembicaraan adalah berkaitan dengan rencana kelanjutan Liga 1 2022-2023.
Hal ini termasuk berkembangnya wacana lanjutan Liga 1 2022-2023 dengan sistem bubble dan tanpa penonton yang ramai mendapat penolakan dari sejumlah pelatih.
Alasan mereka hampir sama, rencana tersebut bakal merugikan klub secara finansial.
Bali United menjadi salah satu tim yang menolak wacana tersebut. Walau rencana sistem bubble belum ditetapkan secara resmi, sang juara bertahan Liga 1 berharap kompetisi digulirkan seperti biasa.
"Saya pikir semua tim berpeluang rugi secara finansial waktu main kembali dengan sistem bubble. Mereka harus bayar hotel, makanan, sewa lapangan, dan sewa bus," kata pelatih Bali United Stefano Cugurra.
"Tim juga akan main jauh dari dukungan suporter."
Persebaya Surabaya juga punya pendapat sama dengan Bali United. Perubahan format kompetisi akan berdampak pada sisi finansial klub karena pemasukan dari tiket laga kandang otomatis lenyap.
"Kalau bubble sebenarnya kurang pas. Harusnya tetap berjalan seperti biasa. Jadi, tetap harus ada penonton," kata pelatih Persebaya Surabaya Aji Santoso.
"Bagaimanapun juga dengan adanya penonton kan bisa membantu keuangan klub."
Menurutnya, Tragedi Kanjuruhan memang harus jadi pembelajaran. Namun bukan berarti sepak bola digelar tanpa penonton lagi.
Tidak ada kondisi yang memaksa kompetisi harus digelar demikian. Beda halnya ketika pandemi yang saat itu lebih krusial karena menyangkut masalah kesehatan.