Di bawah kepemimpinan Gilang Widya Pramana, Arema FC menjadi tim visioner. Banyak program-program yang dicanangkan untuk menggali lebih dalam potensi klub dan meningkatkan nilai jualnya.
Arema FC juga menjelma menjadi tim "Sultan" yang mapan secara finansial, tak lagi memikirkan masalah pembayaran gaji dan justru banjir bonus setiap pertandingannya.
Fasilitas tim juga dilengkapi untuk menunjang performa tim. Dimulai dengan pemberian armada bus baru yang lebih mewah dan elegan, menyediakan mess mewah untuk pemain yang terletak di kawasan elite Kota Malang, serta mencanangkan pembangunan training ground pribadi untuk Arema FC.
Tambahan motivasi tersebut membuat tim berjuluk Singo Edan berhasil finis di posisi 4 klasemen pada Liga 1 2021-2022. Itu merupakan prestasi tertinggi Arema FC sejak Liga Indonesia menggunakan format Liga 1 sejak 2017.
Prestasi tersebut membuat ambisi Gilang di industri sepakbola kian tinggi. Ia mencanangkan target juara pada Liga 1 2022-2023.
Misinya dimulai dengan menggaet sejumlah pemain-pemain bintang kelas Timnas Indonesia. Dengan kemapanan finansial mudah bagi Arema FC mendaratkan Evan Dimas Darmono, Gian Zola, Adam Alis, Hanis Sagara, Hasyim Kipuw dan lain-lainnya.
Hasilnya perombakan tim cukup menjanjikan. Di pramusim Arema FC berhasil menjadi juara Piala Presiden 2022. Itu menjadi gelar pertamanya di sepak bola Indonesia.
Gelar tersebut juga membuat nama Gilang Widya Pramana masuk dalam daftar sejarah Arema FC. Ia menjadi presiden yang berhasil membawa Piala Presiden ketiga berlabuh ke Bhumi Arema.
Apa yang dilakukan memang tidak semuanya berjalan mulus, namun perlahan tapi pasti perubahan besar terlihat pada diri Arema FC.
Sampai akhirnya Tragedi Stadion Kanjuruhan 1 Oktober 2022 terjadi. Partai panas Derbi Jawa Timur antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya berakhir ricuh yang menewaskan 135 orang dan melukai 500 lebih orang lainnya.
Kompetisi pun dihentikan sementara dengan kegaduhan yang luar biasa. Tragedi juga menjadi tragedi nasional yang menyebabkan gejolak dalam di PSSI, PT LIB, dan instansi keamanan dan pemerintahan yang terlibat.
Tragedi tersebut menghadirkan level ujian yang lebih berat dari pada sebelumnya.
Tetape, Gilang Widya Pramana dan kebesaran hatinya masih tetap bertahan. Ia mengambil komando untuk penanganan korban Tragedi Kanjuruhan.
Ia menyulap Kantor Arema FC menjadi crisis center untuk membantu penanganan korban. Ia juga menjamin seluruh biaya perawatan korban sebelum akhirnya tanggung jawab tersebut diambil alih oleh pemerintah.
Tak sampai disitu, ia juga menggelontorkan dana untuk memberikan santunan kepada para korban, sekadar untuk meringankan.