Klok paham bagaimana kekecewaannya mereka memilih meninggalkan stadion daripada harus emosi berlebihan melihat timnya merana.
“Kalau lihat di dunia contoh Manchester City vs Manchester United, ini derby besar,” sebut Klok.
“Saat Manchester United kalah 4-0 di babak pertama, kenapa di sana suporter tidak masuk lapangan? Mereka pasti sedih dengan hasil itu tapi mereka memilih pulang di babak pertama kembali ke rumah untuk menjaga emosi mereka (meledak),” papar Klok.
“Tapi di sini di Indonesia suporter terlalu punya emosi untuk fight dengan manajemen, dengan pemain, dengan polisi, itu sebenarnya tidak usah,” tuturnya.
Baca juga: Senior Persib Serukan Perdamaian Suporter Usai Tragedi Kanjuruhan
Tidak hanya suporter, seluruh elemen terkait di pertandingan juga harus berbenah.
Perbaikan sistem menjadi aspek yang harus diperbaiki agar kejadian-kejadian serupa tidak terulang lagi mencoreng sepakbola Indonesia.
“Saya tidak ingin menyalahkan siapa pun, tetapi saya pikir aspek yang harus menjadi fokus perbaikan adalah sistem, manajemen pertandingan, terutama keselamatan dan keamanan, harus menjadi fokus,” paparnya.
“Kita semua perlu memiliki pola pikir dan melihat semua orang dalam pertandingan; mulai dari para pemain, pelatih, ofisial pertandingan, hingga suporter sebagai manusia,” tegasnya.
“Sehingga kita benar-benar bisa saling menghormati. Jadi kita dapat melihat bahwa mereka memiliki keluarga, teman, dan orang yang dicintai di rumah,” bebernya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.