KOMPAS.com - Laga pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 antara Arema FC versus Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang, Sabtu (1/10/2022) malam berujung tragedi.
Berdasarkan data terakhir Kemenkes, total 131 orang tewas dan sekitar 31 orang luka berat dan 253 lainnya luka ringan.
Malam itu menjadi momen yang tidak akan pernah dilupakan Aremania asal Bantur, Dimas Bayu.
Baca juga: BERITA FOTO - Gate 12 dan 13 Menjadi Saksi Bisu Tragedi Kanjuruhan
Ia menjadi saksi mata di Gate 13 Stadion Kanjuruhan yang ramai dibicarakan karena masih terkunci saat penembakan gas air mata. Akibatnya, Aremania terperangkap di dalam.
Ia berkisah, dirinya berangkat bersama-sama beberapa pemuda lain dari desanya.
Namun saat pertandingan berlangsung semuanya menyebar di berbagai bagian tribune dan ia berada di Gate 13 bersama dengan tiga orang temannya.
Dimas Bayu menggambarkan situasi saat penembakan gas air mata benar-benar kacau.
Banyak orang kalut dan panik karena merasakan perih dan sesak akibat gas pengendali massa itu. Ia juga melihat mulai banyak orang yang kehilangan kesadaran.
“Keadaan di sana sangat terdesak-desakan. dari tribune sampai keluar stadion itu sudah tidak leluasa bergerak hanya berdesak-desakan mengikuti arus orang saja,” ujarnya seusai doa bersama di Gate 13 Stadion Kanjuruhan, Selasa (4/10/2022) malam.
“Posisi saya itu sudah sesak tidak bisa bernafas dan pasrah saja. sementara orang di belakang disuruh mundur-mundur itu sudah tidak memungkinkan,“ imbuhnya.
Baca juga: Arema FC dan 12 Orang Sudah Dihukum atas Tragedi Kanjuruhan
Ia kemudian berupaya menyelamatkan diri sambil berusaha terus berpegangan dengan seorang rekannya. Sementara dua rekannya yang lain sudah tidak diketahui keberadaannya.
Ia berhasil selamat karena pagar safety di sisi sebelum pintu keluar ambrol.
“Jaket teman saya saya pegang terus ke arah pintu sini. Jadi supaya keluarnya bareng,” ujar pemuda yang berprofesi sebagai pegawai swasta itu.
“Saat tembakan gas air mata saya terpisah dengan dua teman saya yang lain jadi saya cuma berdua saja dengan teman saya yang satunya, dan jaketnya saya pegang terus. Jadi waktu jatuh pun kami berdua.”
“Saya selamat dari situ karena jatuh dari pagar yang berada di samping. Kalau itu bisa saya tidak jatuh sudah tidak tahu lagi nasib saya seperti apa.”