Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/10/2022, 21:20 WIB
Adil Nursalam,
Ferril Dennys

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Tanggal 1 Oktober akan menjadi kenangan hari terburuk sepakbola Indonesia yang disebut tragedi Kanjuruhan.

Ratusan nyawa melayang begitu saja akibat berdesakan dan sesak nafas, setelah gas air mata ditembakan aparat kepolisian. 

Gas air mata diletupkan. Diduga untuk mengurai massa kerusuhan usai pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10/2022) malam. 

Saat itu pertandingan berakhir dengan keunggulan tim tamu Persebaya dengan skor 3-2 dalam pekan ke-11 Liga 1 2022-2023

Baca juga: Daftar Tim Pencari Fakta Tragedi Kanjuruhan, Ada Eks PSSI Berlisensi FIFA hingga Mantan Timnas

Suporter Arema yang disebut Aremania tumpah ruah masuk ke dalam lapangan begitu selesainya laga.

Pelatih Persib Luis Milla memahami bagaimana perasaan suporter yang melihat tim kebanggaannya kalah di kandang. 

Namun suporter di seluruh Indonesia juga harus memahami jika sebuah tim sepakbola tak bisa terus memenangkan pertandingan.

Dibalik usaha kerja keras pemain, ada kalanya mereka kalah atau imbang. Setiap fans sepakbola juga harus belajar untuk siap menerima kekalahan. 

“Saya rasa orang-orang yang datang ke stadion tentu ingin menikmati pertandingan, menonton timnya meraih kemenangan,” kata Milla. 

“Tapi tentu tidak mungkin tim selalu menang, tidak mungkin bisa terus menerus meraih kemenangan. 

Pemain juga tentu saja ingin menang tapi itu kadang tidak mungkin terjadi,” paparnya. 

Baca juga: PSSI: Liga 1 Dihentikan hingga Waktu yang Tidak Ditentukan

Ia cukup menyesalkan ada segelintir orang diantara mereka yang egois, merugikan orang yang sungguh-sungguh ingin menikmati jalannya pertandingan. 

Stadion sepakbola semestinya menjadi tempat yang ramah—bukan hanya untuk lelaki dewasa—tapi juga ramah untuk wanita juga anak-anak. 

“Namun ada beberapa oknum yang datang ke stadion untuk berkelahi, tidak menaruh respek kepada pemain atau orang-orang yang berada di stadion,” paparnya. 

“Karena stadion seharusnya ramah bagi semua orang baik itu lelaki dewasa hingga wanita maupun anak-anak,” sebut pelatih asal Spanyol ini. 

Baca juga: Duka Persib untuk Kanjuruhan: Pita Hitam Dikenakan, Luis Milla Hilang Kata

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com