KOMPAS.com - Pengamat sepak bola nasional, Anton Sanjoyo, menilai kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, layak menjadi tragedi bangsa setelah mengakibatkan ratusan korban jiwa.
Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, terjadi setelah pertandingan Liga 1 antara Arema FC dan Persebaya Surabaya rampung digelar pada Sabtu (1/10/2022) malam WIB.
Setelah laga Arema FC vs Persebaya rampung, sejumlah oknum suporter tuan rumah yang kecewa terhadap kekalahan timnya dilaporkan turun ke lapangan hingga menyebabkan kerusuhan.
Gelombang suporter Arema FC yang masuk ke lapangan sejatinya sudah berusaha dihalau oleh jajaran keamanan.
Baca juga: Tragedi Kanjuruhan Jadi Perhatian Dunia, Barcelona dan Tim MotoGP Ikut Berduka
Namun, gelombang suporter yang masuk ke lapangan terus mengalir sehingga pihak kepolisian bertindak dengan menembakkan gas air mata.
Nahasnya, asap gas air mata yang dilontarkan mengarah ke tribune dan mengepul di sisi selatan.
Asap tersebut disinyalir membuat suporter langsung berlarian ke pintu keluar secara berdesakan sehingga beberapa di antaranya mengalami sesak napas dan pingsan, bahkan jatuh korban jiwa.
Berdasarkan informasi dari Dinas Kesehatan yang diterima Kompas.com pada Minggu (2/10/2022) sore WIB, jumlah korban meninggal dunia dalam tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan mencapai 131 orang.
Hal itu diungkapkan oleh Wakil Gubernur Jatim Emil Dardak berdasarkan data dari Dinkes Kabupaten Malang dan Dinkes Kota Malang walau dirinya menekankan bahwa data juga fluktuatif.
Baca juga: Tragedi Stadion Kanjuruhan: Dari Kronologi hingga Perkara Gas Air Mata
Ini menjadi salah satu tragedi sepak bola dengan jumlah korban jiwa terbanyak, tak hanya di Indonesia melainkan dunia.
Pengamat sepak bola nasional, Anton Sanjoyo, kemudian menyebut kerusuhan di Stadion Kanjuruhan layak disebut sebagai tragedi bangsa.
"Ini tragedi sepak bola indonesia, yang mungkin bukan cuma buat sepak bola, tetapi tragedi bangsa, karena kita ini kan sekarang nomor dua dari sisi jumlah korban dalam sejarah sepak bola (sebelum penurunan angka korban berdasarkan Dinkes)," kata Anton Sanjoyo kepada Kompas.com, Minggu (2/10/2022) sore WIB.
Baca juga: Tragedi Kanjuruhan: PSSI Langsung Dimintai Laporan oleh FIFA
Setelah itu, Anton Sanjoyo memberikan pandangan terkait pihak yang harus bertanggung jawab atas tragedi kerusuhan Kanjuruhan.
Menurut Anton Sanjoyo, pihak pertama yang harus bertanggung jawab adalah pemerintah, kemudian PSSI selaku induk sepak bola Indonesia.
PSSI juga harus bertanggung jawab sebagai pihak yang membawahi panitia pelaksana (panpel) pertandingan.
"Menurut saya ya pemerintah, dalam hal ini yang memberi izin pada pertandingan-pertandingan liga, harus menjadi pihak yang pertama (bertanggung jawab)," ujar Anton Sanjoyo.
Baca juga: Instruksi Presiden Jokowi untuk Kerusuhan Kanjuruhan: Investigasi Cepat, Harus Ada Tanggung Jawab
"Lalu, yang kedua PSSI. Panpel sebagai perpanjangan tangan dari PSSI. PSSI yang bertanggung jawab, sesudah itu panpel," imbuhnya.
Terakhir, Anton Sanjoyo mengatakan bahwa komandan pengamanan yang berada di lapangan juga harus bertanggung jawab atas tragedi di Stadion Kanjuruhan.
"Sesudah itu ya komandan lapangan pengamanan di lapangan karena protap (prosedur tetap) untuk memakai gas air mata itu sebenarnya tidak diizinkan oleh FIFA," ucap Anton.
"Nah, problemnya, protap keamanan negara sering kali tidak sama dengan protapnya FIFA. Ini yang terjadi di Stadion Kanjuruhan kemarin," tutur Anton menjelaskan.
Baca juga: Pernyataan Resmi FIFA: Tragedi Kanjuruhan Hari Kelam Sepak Bola Dunia
Dalam keterangannya, Anton tak lupa mengucapkan bela sungkawa atas kejadian yang terjadi di Stadion Kanjuruhan.
Dia menegaskan bahwa tidak ada hal yang lebih berharga daripada nyawa.
"Ini tragedi, sedih sekali karena nyawa satu orang pun berharga sekali, dan saya berkali-kali mengucapkan, tidak ada yang lebih berharga daripada nyawa, bahkan sepak bola sekali pun," kata Anton Sanjoyo.
"Saya prihatin sekali, mudah-mudahan ini jadi pelajaran. Mereka 129 atau 130 orang itu saya harap jadi 'martir' supaya sepak bola kita berubah," ucap Anton Sanjoyo.
Baca juga: Imbas Kerusuhan Kanjuruhan: Liga 1 Dihentikan, Liga 2 dan Liga 3 Tetap Jalan
Anton Sanjoyo berharap pihak-pihak terkait bisa menemukan solusi strategis terkait tragedi ini.
Setelah solusi strategis ditemukan, barulah kompetisi yang ditunda karena tragedi Kanjuruhan, bisa kembali digelar.
"Saya juga minta ke Presiden Jokowi untuk menghentikan (kompetisi), moratorium dulu lah sepak bola nasional sampai ada solusi yang strategis dan benar-benar bisa dipertanggung jawabkan oleh pengelola sepak bola, utamanya PSSI, pihak keamanan, dan tentu saja pemerintah," ujar Anton Sanjoyo.
"Supaya sepak bola ke depan bisa lebih aman, itu saja," kata Anton Sanjoyo terkait harapannya setelah terjadi tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.