KOMPAS.com - Piala Dunia 2022 tak menyertakan Italia sebagai partisipan. Namun, Italia, sang juara empat kali meninggalkan banyak cerita soal Piala Dunia, salah satunya taktik unik staffetta.
Kendati gagal lolos dalam dua edisi beruntun, persisnya pada Piala Dunia 2018 dan Piala Dunia 2022, Italia tetap merupakan salah satu negara tersukses di ajang sepak bola termegah ini.
Italia tercatat enam kali menembus final Piala Dunia, tepatnya pada edisi 1934, 1938, 1970, 1982, 1994, dan 2006.
Gli Azzurri (Si Biru), julukan Italia, sukses menyabet trofi juara dalam empat dari enam kesempatan main di final.
Baca juga: Italia Tak Lolos Piala Dunia 2022: Jorginho dan Hantu Abadi Kegagalan Penalti
Gelar juara Piala Dunia Italia lahir pada 1934, 1938, 1982, dan 2006.
Kegagalan Italia di partai puncak muncul pada 1970 dan 1994. Pada 1970, Gli Azzurri digilas Brasil dengan skor telak 1-4.
Salah satu pemicu kekalahan telak tersebut dinilai karena pelatih Italia, Feruccio Valcareggi, tak sepenuhnya menerapkan taktik “staffetta” pada laga final Piala Dunia 1970 kontra Brasil.
Apa itu staffetta? Secara harfiah, staffetta bermakna estafet.
Taktik unik staffetta disebut-sebut sebagai resep sukses Italia melaju sampai final Piala Dunia 1970.
Dalla staffetta Mazzola-Rivera al quarto cambio in Europa: l'ultima rivoluzione del calcio #Champions League #EuropaLeague https://t.co/C7Ku7MkoYd pic.twitter.com/AgCGsRfLmO
— calciomercato.com (@cmdotcom) March 27, 2018
Startegi staffetta merujuk kepada keputusan Feruccio Valcareggi untuk memainkan dua pemain bintang tim, yakni Sandro Mazzola dan Gianni Rivera, secara estafet atau bergantian.
Formula ini mulai ditemukan Valcareggi pada babak perempat final kontra tuan rumah Meksiko di Toluca.
Kala itu, Italia bermain tanpa inspirasi dan mengakhiri babak pertama kontra Meksiko dengan skor 1-1.
Baca juga: 67 Hari Jelang Piala Dunia 2022: Italia Dipermalukan Korea Utara, Pulang Dilempar Tomat Busuk
Valcareggi akhirnya memasukkan Gianni Rivera pada babak kedua, menggantikan Sandro Mazzola.
Sebagai informasi, Mazzola dan Rivera pada masa itu disebut-sebut sebagai gelandang dengan talenta terbaik di Italia. Namun, keduanya diragukan bisa berkolaborasi bersama di lapangan.
Mazzola dan Rivera datang ke timnas Italia dengan membawa rivalitas hebat di level klub. Mazzola mewakili Inter Milan sementara Rivera merupakan andalan kubu rival, AC Milan.
Secara gaya, Mazzola dan Rivera juga bertolak belakang. Mazzola dikenal sebagai gelandang energik dengan kemampuan fisik mumpuni.
Di lain sisi, Rivera merupakan tipikal fantasista flamboyan yang menyajikan elemen kreatif permainan.
Kreativitas Rivera itu membantu Italia menang 4-1 atas Meksiko di perempatfinal, usai tim tuan rumah dibuat lelah oleh kengototan ala Mazzola pada babak pertama.
Baca juga: 72 Hari Jelang Piala Dunia 2022: Battle of Santiago Chile Vs Italia
Resep sukses staffetta, yakni memasang Mazzola pada babak pertama, lalu mengganti sang bintang Inter dengan Rivera, sejak itu terus diterapkan Italia.
Pada semifinal versus Jerman. gol Rivera pada waktu ekstra, persisnya menit ke-111, menentukan kemenangan dramatis 4-3 Italia atas Jerman.
Gli Azzurri pun melaju ke final untuk menantang Brasil. Cuma, Feruccio Valcareggi tak sepenuhnya menerapkan staffetta pada laga puncak Piala Dunia 1970.
Ia berpikir kekuatan fisik Sandro Mazzola akan lebih pas untuk meladeni seniman-seniman bola lincah asal Brasil.
Alhasil, Gianni Rivera yang biasanya masuk pada awal babak kedua dibiarkan lama “membeku” di bangku cadangan.
Rivera baru diberikan kesempatan mentas pada enam menit jelang bubaran. Ia tak bisa banyak berbuat dan Italia pun kalah 1-4.
Gol kemenangan Brasil waktu itu dibukukan Pele, Gerson, Jairzinho, dan Carlos Alberto. Italia hanya mampu membalas sekali via kontribusi Roberto Boninsegna.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.