KOMPAS.com - Semifinal Piala Dunia 1966 menjadi mimpi buruk bagi timnas Portugal dan sang andalan, Eusebio.
Selecao das Quinas, julukan timnas Portugal, yang kala itu diperkuat penyerang legendaris, Eusebio, gagal mewujudkan mimpi menjadi juara dunia usai ditekuk tuan rumah Inggris.
Eusebio yang beralias "Black Panther", merupakan penyerang yang begitu mematikan kala itu. Sentuhan magisnya di Piala Dunia 1966 telah terlihat sejak fase grup.
Salah satu korban keganasan Eusebio adalah Brasil dengan Pele yang masih menjadi andalan.
Melawan Brasil di fase grup, terkaman sang Black Panther menghasilkan dua gol yang membawa Portugal menang 3-1.
Baca juga: Luput dari Timnas Inggris untuk UEFA Nations League, Sancho Bidik Piala Dunia
Pemain keturunan Mozambik itu juga berperan besar atas comeback luar biasa saat Portugal melawan Korea Utara di perempat final Piala Dunia 1966.
Dia mencegah Korea Utara menciptakan kejutan meski Portugal sempat tertinggal 0-3.
Eusebio mencetak empat gol yang pada akhirnya mengantarkan Portugal menang 5-3 atas Korea Utara.
Portugal kemudian dihadapkan oleh Inggris di semifinal Piala Dunia 1966 pada 23 Juli.
Three Lions, julukan timnas Inggris, sendiri juga impresif dan belum pernah kebobolan hingga semifinal.
Baca juga: 5 Pencetak Gol Tertua di Piala Dunia
Inggris asuhan Alf Ramsey paham betul Portugal merupakan ancaman nyata dengan Eusebio yang luar biasa.
Demi mengatasi Portugal, Alf Ramsey sedikit mengubah sistem dengan memasukkan sang gelandang, Nobby Stiles, ke dalam formasi empat bek.
Remembering the great Eusebio, top goalscorer of the 1966 #WorldCup, who passed away #OTD in 2014 at the age of 71.https://t.co/Hy8dMDZLqd pic.twitter.com/kxVFSQffJv
— FIFA World Cup (@FIFAWorldCup) January 5, 2017
Stiles diberikan instruksi khusus untuk menjaga Eusebio sepanjang pertandingan.
"Portugal adalah tim yang hebat dan Eusebio mungkin adalah pemain yang paling ditakuti di dunia saat itu," kata anak Nobby Stiles, Rob Stiles, dikutip dari Daily Mail.
"Alf menyadari bahayanya dan mengubah sistemnya sedikit, memindahkan ayah ke empat bek dan Bobby Moore ke posisi lini tengah. Ini merupakan strategi yang jitu," ujar Roby Stiles.
Baca juga: Gaya Rambut Baru Ciro Alves Membuka Kenangan Luis Milla soal Piala Dunia 1998