KOMPAS.com - Robert Rene Alberts dan Javier Roca menjadi korban awal "keganasan" kompetisi Liga 1 Indonesia 2022-2023.
Kedua pelatih itu lengser dari jabatan masing-masing setelah mendapatkan tekanan dari suporter yang kecewa dengan performa tim.
Robert Rene Alberts meninggalkan pos pelatih setelah Persib tidak mampu memetik kemenangan pada tiga pekan pertama Liga 1 2022-2023. Rinciannya, Persib asuhan Robert menuai satu hasil imbang dan dua kekalahan.
Javier Roca juga didepak usai gagal menghadirkan kemenangan untuk Persik Kediri. Pada tiga pekan awal, Persik hanya memperoleh hasil imbang dan dua kekalahan.
Baca juga: Robert Rene Alberts Tinggalkan Persib: Saya Pergi dengan Bangga...
Pelatih Bali United, Stefano Cugurra, ikut menanggapi fenomena pemecatan pelatih di pekan-pekan awal Liga 1 2022-2023. Ia mengaku menyayangkan keputusan klub yang bersangkutan untuk melakukan pemecatan.
Sebab, Robert Rene Alberts dan Javier Roca cuma diberikan kesempatan sebanyak tiga pertandingan di awal kompetisi.
Teco, sapaan akrab Stefano Cugurra, menilai sekarang masih terlalu cepat untuk menghakimi baik buruknya kualitas pelatih.
“Kadang-kadang kita bisa bicara pelatih yang kurang. Tapi, kadang-kadang faktor lain-lainnya. Tapi, ini kurang bagus karena terlalu awal. Poin di antara tim juga masih dekat di klasemen,” ujar Teco.
Kebiasaan bongkar pasang pelatih dan budaya serba instan menjadi perhatian Teco.
Menurutnya, kebiasaan ini harus segera diubah, karena tidak sehat untuk ekosistem sepak bola Indonesia.
“Situasi yang saya pikir tidak bagus untuk sepak bola. Tapi, saya tidak mau menjawab lebih. Karena saya juga tidak mengerti bagaimana kondisi di tim di sana,” kata pelatih yang sudah tiga kali juara Liga 1 Indonesia itu.
“Baru bermain tiga pertandingan di Liga. Saya pikir itu terlalu awal.”
“Liga 1 kemarin hanya 5 bertahan sampai akhir kompetisi. Terus banyak tim degradasi dan ganti pelatih,” katanya lagi.
Baca juga: Persis Terpuruk, Ratusan Suporter Tuntut Jacksen F Tiago Mundur dari Kursi Pelatih
Sementara itu pelatih PSM Makassar, Bernardo Tavares tidak mau banyak berpendapat.
Sebagai pelatih yang menjalani musim debut di Liga 1, ia mengklaim dirinya masih beradaptasi dengan kultur sepak bola dan kompetisi Indonesia.
Selain itu, ia juga tidak mendapatkan banyak informasi yang kredibel, sehingga enggan membuat asumsi dari satu sudut pandang saja.
“Saya tidak tahu. Saya masih harus memahami banyak tim di sini. Apa yang saya lihat adalah gairah suporter sangat luar biasa,“ ujar pelatih asal Portugal tersebut.
“Tentang dua pelatih itu, saya tidak bisa berkomentar. Saya tidak tahu realitasnya,” katanya menambahkan.
Sejauh ini, satu hal yang Bernardo Tavares ketahui adalah masyarakat Indonesia punya gairah yang sangat tinggi dengan sepak bola.
Sehingga, sepak bola lebih dari sekadar hiburan rakyat, namun juga sebuah identitas dan kebanggaan.
Ia memaknai pemecatan kedua koleganya tersebut sebagai peringatan. Bahwa, ada konsekuensi besar yang harus didapatkan jika gagal memenuhi ekspektasi publik.
“Yang saya tahu kalau kalah tiga kali, mungkin saya jadi orang berikutnya yang dipecat,” katanya mengakhiri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.