KOMPAS.com - Pengamat sepak bola senior, Anton Sanjoyo, turut menanggapi insiden meninggalnya dua bobotoh atau suporter Persib Bandung ketika hendak menonton langsung ke stadion.
Insiden malang menimpa dua bobotoh menjelang laga Persebaya Surabaya vs Persib Bandung pada lanjutan Grup C Piala Presiden 2022 di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Jumat (17/6/2022).
Dua bobotoh meninggal dunia karena diduga terjatuh saat berdesak-desakan masuk ke GBLA.
Insiden tersebut kemudian ramai diperbincangkan publik sepak bola Tanah Air di media sosial.
Selain belasungkawa yang dituturkan kepada korban, sorotan juga diberikan kepada oknum suporter hingga panitia pelaksana pertandingan.
Baca juga: Persebaya Vs Persib Makan Korban 2 Bobotoh, Apakah Izin Tanding di GBLA Akan Dicabut?
Berdasarkan situs resmi PSSI, pihak kepolisian hanya mengizinkan sebanyak 15 ribu suporter untuk menonton di GBLA dari kapasitas maksimal yaitu 38 ribu.
Akan tetapi, suporter yang datang kemungkinan besar melebihi 15 ribu orang. Hal itu juga dapat terlihat dari kapasitas GBLA yang hampir penuh.
Itu artinya ada potensi penonton tanpa tiket atau memakai identitas palsu yang masuk GBLA.
Panpel pun kena semprot publik sepak bola Tanah Air karena penyaringan suporter yang buruk di stadion.
Anton Sanjoyo merupakan salah satu pihak yang turut menyoroti insiden buruk tersebut.
Sorotan pertama adalah soal suporter yang masih minim kesadaran untuk melakukan hal-hal yang benar.
"Memang suporter kita ini tidak pernah punya wahana untuk dididik dalam tanda kutip kan," kata Anton kepada Kompas.com.
"Kita tidak pernah punya kompetisi yang cukup dari level youth, remaja, sampai ke level senior yang tersebar ke daerah-daerah. Itu seharusnya yang bisa mendidik suporter," ucapnya.
"Kalau masuk ya harus pakai tiket, kalau kalah ya jangan marah, kalau kalah ya silakan merayakan sewajarnya. Nah itu kan tidak pernah terdidik di level-level itu," tuturnya.