Namun, kekacauan ternyata belum mau berhenti datang. Pada pengujung babak pertama, wasit asal Perancis yang memimpin laga, Clement Turpin, butuh waktu sekitar 3 menit 22 detik untuk memutuskan apakah gol Karim Benzema sah atau tidak.
Ya, Madrid yang berada di bawah tekanan Liverpool, tiba-tiba bisa menggetarkan jala gawang sang lawan via sepakan Karim Benzema, menyusul sebuah kemelut di mulut gawang.
Namun, gol Benzema itu pada akhirnya tak disahkan atas alasan offside. Benzema dinilai offside karena bola pantul dari kaki Fabinho yang mengarah kepadanya, dianggap bukanlah operan disengaja.
Alhasil, babak pertama Liverpool vs Real Madrid berkesudahan dengan skor sama kuat 0-0.
Kekacauan masih terjadi. Komentator siaran pertandingan berbahasa Inggris, Tony Jones, kehilangan suaranya.
Sepanjang memandu babak pertama, suara Tony Jones memang terdengar parau. Komentator senior itu lantas memutuskan tak melanjutkan tugasnya pada interval kedua.
Kekacauan demi kekacauan itu justru seperti memberikan angin bagi Madrid untuk juara Liga Champions.
Sebab, musim ini, Madrid arahan Ancelotti adalah master dalah hal lepas dari belenggu kekacauan.
Baca juga: Liverpool Vs Real Madrid: Kenapa Gol Karim Benzema Dinyatakan Offside?
Lihat saja perjalanan mereka ke final. Real Madrid menyingkirkan PSG meski sempat takluk 0-1 di leg pertama 16 besar, dan ketinggalan agregat total 0-2 pada periode awal duel leg kedua.
Chelsea lantas jadi korban berikut Los Blancos di perempat final. Pasukan Ancelotti nyaris masuk kotak kala tertinggal 0-3 dari Chelsea sampai menit ke-79 leg kedua perempat final di Santiago Bernabeu.
Disangka sudah tamat, Madrid selamat dan menipiskan jarak menjadi 2-3, sehingga kemudian lolos dengan keunggulan agregat 5-4.
Belenggu kekacauan kembali dipatahkan Madrid pada semifinal di mana mereka menyingkirkan Man City secara dramatis dengan keunggulan agregat 6-5.
Tak ada comeback epik lagi di final Liga Champions kontra Liverpool. Akan tetapi, siapa yang menyangka Madrid bisa lolos dari hujan 23 “peluru” tembakan Liverpool di sepanjang partai puncak.
Meminjam idiom jurnalis The Guardian, Jonathan Wilson, Madrid seperti kembali mengaktifkan “chaos protocol” alias protokol kekacauan mereka di final.
“Langkah Madrid sepanjang fase gugur sebagian besar bertentangan dengan logika. Mereka tampil inferior dalam fase yang lama, lalu, berkat kecemerlangan Karim Benzema, Thibaut Courtois, dan Modric, berubah menjadi kejam ketika mereka mampu mematahkan dominasi lawan,” tulis Jonathan Wilson dalam kolonya di The Guardian jelang final Liga Champions.