Sama seperti kasus Theo, Moncada juga mengakui bahwa telah melakukan pemantauan intensif kepada Rafael Leao sejak sang penyerang lincah masih memperkuat tim junior Sporting CP.
Dalam memonitor pemain, AC Milan yang dipimpin oleh Geoffrey Moncada, membaginya dalam dua departemen besar, yakni area data dan pemantauan.
Dengan kata lain, data dipakai untuk mendukung pengamatan langsung melalui mata.
“Ketika data memberi tahu kami ada pemain dengan statistik bagus, saya meminta tim pemandu bakat untuk melihatnya.”
“Saya suka perpaduan ini, bekerja dengan bantuan statistik,” kata Moncada, sosok yang ikut membentuk tim AS Monaco 2016-2017 yang berisikan berlian macam Kylian Mbappe, Bernardo Silva, Fabinho, dan Tiemoue Bakayoko.
Data kini sudah menjadi semacam asupan sehari-hari di level manajemen, staf, sampai personel tim Milan.
Pada musim 2019-2020, pemain AC Milan, di antaranya Franck Kessie dan Ante Rebic sempat dituduh tak profesional lantaran kedapatan “bermain-main” dengan ponsel sebelum duel melawan Napoli.
Relive the goosebump inducing scenes minutes before kickoff in Milan vs Napoli. Added to the pantheon of great dressing room speeches. I WILL GO TO WAR WITH YOU, LUCAS! pic.twitter.com/718byKV5A3
— Matteo Bonetti (@Bonetti) November 24, 2019
Usut punya usut, ternyata Kessie dan Rebic tangah mempelajari masukan data statistik via sebuah aplikasi di ponsel mereka.
Ya, AC Milan memang membuat aplikasi khusus untuk mempermudah pemain mengakses data seputar permainan tim maupun calon lawan.
“Kami memperkenalkan hal baru di Milanello, sebuah aplikasi yang bekerja di berbagai jenis ponsel pintar. Kami memasangnya ke setiap ponsel pemain,” tutur Gianmarco Pioli, analis video AC Milan menjelaskan.
“Kami mengunggah video ke aplikasi untuk menganalisis pemain lawan dan permainan kami sendiri,” tutur sang putra Stefano Pioli itu menambahkan.
Pendekatan berbasis data AC Milan lantas disempurnakan oleh pengalaman dan mata seorang legenda, Paolo Maldini.
Paolo Maldini, legenda hidup yang mempersembahkan 7 gelar juara Liga Italia dan 5 titel Liga Champions buat Rossoneri bertugas sebagai Direktur Teknik.
Secara garis besar, Maldini bertanggung jawab terhadap lalu lintas transfer serta berbagai perihal yang bersangkutan dengan aspek teknik tim utama.
Maldini punya intuisi tajam, sesuatu yang jelas tak bisa diberikan oleh departemen data statistik AC Milan.
Contoh paling simpel tapi brilian adalah perekrutan pelatih Stefano Pioli pada 2019 untuk mengisi pos Marco Giampaolo yang didepak manajemen Rossoneri. Media-media Italia menyebut pengangkatan Pioli adalah ide dari Maldini.
Saat itu, fan banyak meragukan kapasitas Pioli. Bahkan, tagar #PioliOut sudah membanjiri jagat maya meski Pioli belum resmi bertugas bersama Milan.
“Pioli bukanlah pertaruhan,” kata Maldini pada 2019, pernyataan yang saat itu jelas banyak membuat fan Milan mengernyitkan dahi.
Intuisi Maldini terbukti tak keliru. Stefano Pioli mampu tampil sebagai figur ayah bagi sejumlah pilar muda AC Milan.
Maldini, bersama Zvonimir Boban selaku Chief Football Officer, juga meyakinkan pemegang keputusan tertinggi AC Milan untuk terus bertahan kepada Pioli.
Perlu diketahui, Pioli sempat hanya akan dijadikan “karpet” pembuka jalan buat Ralf Rangnick yang intens menjalin komunikasi personal dengan CEO Milan, Ivan Gazidis.
Boban secara terbuka mengkritik pendekatan Gazidis kepada Rangnick. Atas aksinya itu, Boban lantas didepak dari manajemen Milan per Maret 2020
Baru-baru ini, Maldini mengaku dirinya sempat ingin ikut pergi menyusul Boban meninggalkan manajemen Milan kala itu. Beruntung buat Milan, Maldini bertahan dan meneruskan kolaborasinya dengan Ricky Massara, sang Direktur Olahraga.
Baca juga: Maldini Dampingi Latihan AC Milan: Pelajaran Berharga dari Sang “Bandiera”