Adalah Michael Sablon, yang saat itu menjadi Direktur Teknik federasi sepak bola Belgia. Ketika menyadari bahwa prestasi tim nasional Belgia semakin terpuruk, Sablon segera membuat blue print pembinaan sepak bola Belgia.
Ia berupaya mengubah cara pandang klub-klub di Belgia mengenai pembinaan pemain usia muda, taktik bermain, dan manajerial klub-klub Liga Belgia.
Tentu apa yang dilakukan Sablon dengan dukungan seluruh stake holder sepak bola Belgia tidak langsung berhasil.
Butuh sekitar 10 tahun lebih untuk mengembalikan kejayaan sepak bola Belgia yang pernah mencapai semifinal Piala Dunia Meksiko 1986.
Tahun 2010-an Belgia mulai memiliki lagi generasi emas tim nasionalnya. Ada Kevin de Bruyne, Thibaut Courtuis, Romelu Lukaku, Eden Hazard, Vincent Kompany dan kawan-kawan.
Semua itu membutuhkan proses yang panjang. Butuh kesabaran dan ketelatenan untuk melewati kesulitan dan hambatan yang dihadapi.
Bagaimana di Indonesia? Tuntutan agar sepak bola Indonesia berprestasi, minimal di tingkat regional, sangat besar dari seluruh masyarakat.
PSSI juga memiliki seorang Direktur Teknik yang dijabat oleh Indra Sjafrie. Hanya saja, kinerja Indra Sjafrie tidak seperti Michael Sablon di Belgia.
Kita hampir tidak pernah mendengar pemaparan visi-misi PSSI serta pemaparan konsep dan blue print pengembangan sepak bola nasional dari Direktur Teknik.
Yang ada, Direktur Teknik ini lebih banyak jalan-jalan dan melancong ke luar negeri untuk menonton pertandingan-pertandingan tim nasional Indonesia yang berlaga di sana.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.