Kurangnya jumlah pelatih berkualitas menjadi kendala sehingga pembinaan usia muda di Indonesia tidak berjalan dengan baik.
Instruktur kursus kepelatihan lisensi AFC Emral Abus pernah mengungkap fakta jika jumlah pelatih asal Indonesia yang memiliki lisensi AFC berjumlah sekitar 5.000-an saja. Dari jumlah tersebut, hanya 21 orang yang memiliki lisensi Pro AFC.
Bandingkan dengan Jepang yang memiliki lebih dari 1.000 orang pelatih berlisensi Pro AFC.
Akibat jumlah pelatih berlisensi Pro AFC yang over kuota tersebut, banyak pelatih-pelatih Jepang yang rela ‘turun gunung’ ke level-level pembinaan usia dini dan sekolah-sekolah.
Dampaknya, sejak usia dini pemain-pemain Jepang sudah memperoleh pengajaran teknik dasar yang mumpuni dan dilatih langsung a la klub-klub kasta tertinggi di kompetisi Jepang.
Penjelasan Emral Abus tersebut seharusnya bisa menjadi cermin bahwa sepak bola Indonesia jauh tertinggal.
Jangan dibandingkan dengan Brasil, Jerman, atau negara-negara langganan Piala Dunia. Dengan Vietnam dan Thailand saja kita sudah tertinggal beberapa step dalam prestasi.
Bahkan jika tidak segera berbenah, negara seperti Laos, Kamboja dan Timor Leste bakal bisa mengangkangi sepak bola Indonesia beberapa tahun ke depan.
Lalu, apa yang sudah dilakukan PSSI selama ini untuk memperbaiki kondisi ini? Kita harus mengakui bahwa di era kepengurusan M. Iriawan atau akrab disapa Iwan Bule, belum ada perubahan yang visioner tentang pembinaan sepak bola Indonesia.
Baik terhadap pemain (terutama pemain muda), klub, hingga jalannya roda kompetisi yang tepat untuk Indonesia.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.