Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rossi Rahardjo
Dosen

Peneliti Nusakom Pratama Institute, Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Dr Soetomo Surabaya, Kandidat Doktor Ilmu Sosial Universitas Airlangga Surabaya

Indonesia, Kami Haus Prestasimu!

Kompas.com - 20/05/2022, 15:01 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Instruktur kursus kepelatihan lisensi AFC Emral Abus pernah mengungkap fakta jika jumlah pelatih asal Indonesia yang memiliki lisensi AFC berjumlah sekitar 5.000-an saja. Dari jumlah tersebut, hanya 21 orang yang memiliki lisensi Pro AFC.

Bandingkan dengan Jepang yang memiliki lebih dari 1.000 orang pelatih berlisensi Pro AFC.

Akibat jumlah pelatih berlisensi Pro AFC yang over kuota tersebut, banyak pelatih-pelatih Jepang yang rela ‘turun gunung’ ke level-level pembinaan usia dini dan sekolah-sekolah.

Dampaknya, sejak usia dini pemain-pemain Jepang sudah memperoleh pengajaran teknik dasar yang mumpuni dan dilatih langsung a la klub-klub kasta tertinggi di kompetisi Jepang.

Penjelasan Emral Abus tersebut seharusnya bisa menjadi cermin bahwa sepak bola Indonesia jauh tertinggal.

Jangan dibandingkan dengan Brasil, Jerman, atau negara-negara langganan Piala Dunia. Dengan Vietnam dan Thailand saja kita sudah tertinggal beberapa step dalam prestasi.

Bahkan jika tidak segera berbenah, negara seperti Laos, Kamboja dan Timor Leste bakal bisa mengangkangi sepak bola Indonesia beberapa tahun ke depan.

Lalu, apa yang sudah dilakukan PSSI selama ini untuk memperbaiki kondisi ini? Kita harus mengakui bahwa di era kepengurusan M. Iriawan atau akrab disapa Iwan Bule, belum ada perubahan yang visioner tentang pembinaan sepak bola Indonesia.

Baik terhadap pemain (terutama pemain muda), klub, hingga jalannya roda kompetisi yang tepat untuk Indonesia.

Jepang sudah pernah merebut medali perunggu Olimpiade Meksiko 1968, tapi tim nasional Jepang masih kesulitan berprestasi di level internasional.

Beberapa kali mereka gagal menembus putaran final Piala Asia serta kerap kalah dari Indonesia ataupun Malaysia di Turnamen Merdeka Games di Malaysia.

Mereka berbenah. Studi banding ke beberapa negara lain untuk meningkatkan kualitas sepak bola Jepang, termasuk ‘belajar’ ke Indonesia.

Nama Ricky Yacob, striker tim nasional Indonesia era 1980-an dan beberapa bintang lain didatangkan untuk bermain di Japan Soccer League (JSL) dan membantu perkembangan sepak bola di sana. J-League pun konon diadopsi dari kompetisi sepak bola Indonesia (Galatama).

Jepang melihat bahwa model kompetisi Galatama yang hampir seluruhnya melibatkan perusahaan-perusahaan besar merupakan sistem yang baik untuk sepak bola.

Model ini terus mereka pertahankan hingga sekarang meski ada beberapa variasi peraturan yang ditambahkan.

Salah satunya adalah pembinaan usia muda. Dana sponsor perusahaan yang masuk harus digunakan klub untuk pengembangan akademi dan tim junior.

Salah satu yang fenomenal di Jepang adalah kompetisi sepak bola antar SMA yang rutin digelar setiap tahun.

Taisei Marukawa, legiun asing asal Jepang yang merumput di kompetisi Liga 1 Indonesia merupakan salah satu jebolan kompetisi antar SMA di negeri sakura itu.

Belgia pernah mengalami periode keterpurukan prestasi sepak bola negaranya. Di era 2000-an pascapensiunnya Enzo Scifo, Belgia tak punya lagi pemain kelas dunia dan prestasi tim nasionalnya terus melorot.

Adalah Michael Sablon, yang saat itu menjadi Direktur Teknik federasi sepak bola Belgia. Ketika menyadari bahwa prestasi tim nasional Belgia semakin terpuruk, Sablon segera membuat blue print pembinaan sepak bola Belgia.

Ia berupaya mengubah cara pandang klub-klub di Belgia mengenai pembinaan pemain usia muda, taktik bermain, dan manajerial klub-klub Liga Belgia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Komitmen Ketum PSSI untuk Perpanjang Kontak Shin Tae-yong hingga 2027

Komitmen Ketum PSSI untuk Perpanjang Kontak Shin Tae-yong hingga 2027

Timnas Indonesia
Jadwal Indonesia di Thomas dan Uber Cup 2024, Mulai Sabtu 27 April

Jadwal Indonesia di Thomas dan Uber Cup 2024, Mulai Sabtu 27 April

Badminton
Indonesia Vs Korea Selatan, Garuda Muda Tak Dianggap Underdog

Indonesia Vs Korea Selatan, Garuda Muda Tak Dianggap Underdog

Timnas Indonesia
Xavi Putuskan Bertahan di Barcelona hingga Juni 2025

Xavi Putuskan Bertahan di Barcelona hingga Juni 2025

Liga Spanyol
Liverpool Tumbang di Tangan Everton, Van Dijk Bicara Perebutan Gelar

Liverpool Tumbang di Tangan Everton, Van Dijk Bicara Perebutan Gelar

Liga Inggris
Man United Vs Sheffield United: Bruno Berjaya, Kemenangan MU Hal Utama

Man United Vs Sheffield United: Bruno Berjaya, Kemenangan MU Hal Utama

Liga Inggris
Thomas dan Uber Cup 2024: Momen Penguatan Semangat Jelang Olimpiade

Thomas dan Uber Cup 2024: Momen Penguatan Semangat Jelang Olimpiade

Badminton
Siaran Langsung dan Live Streaming Indonesia Vs Korsel Malam Ini

Siaran Langsung dan Live Streaming Indonesia Vs Korsel Malam Ini

Timnas Indonesia
Persib Bandung Vs Borneo FC, Siasat Pieter Huistra Manfaatkan Laga

Persib Bandung Vs Borneo FC, Siasat Pieter Huistra Manfaatkan Laga

Liga Indonesia
Klasemen Liga Inggris: Liverpool Gagal Pepet Arsenal, Terancam Man City

Klasemen Liga Inggris: Liverpool Gagal Pepet Arsenal, Terancam Man City

Liga Inggris
Hasil Man United Vs Sheffield United 4-2: Roket Fernandes, Setan Merah Menang

Hasil Man United Vs Sheffield United 4-2: Roket Fernandes, Setan Merah Menang

Liga Inggris
Hasil Everton Vs Liverpool, The Reds Tumbang, Gagal Dekati Arsenal

Hasil Everton Vs Liverpool, The Reds Tumbang, Gagal Dekati Arsenal

Liga Inggris
Link Live Streaming Everton Vs Liverpool, Kickoff Pukul 02.00 WIB

Link Live Streaming Everton Vs Liverpool, Kickoff Pukul 02.00 WIB

Liga Inggris
Pengamat Korsel Bahas Beban Besar Timnas Korea Jelang Hadapi Indonesia

Pengamat Korsel Bahas Beban Besar Timnas Korea Jelang Hadapi Indonesia

Timnas Indonesia
Sirkuit Mandalika Sudah Terpesan 200 Hari untuk Even Otomotif

Sirkuit Mandalika Sudah Terpesan 200 Hari untuk Even Otomotif

Sports
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com