KOMPAS.com - Opor ayam menjadi salah satu hidangan paling sering ditemui saat Hari Raya Idul Fitri.
Hidangan olahan ayam berbumbu santan tersebut seperti menjadi menu wajib di sela-sela kegiatan silaturahmi bersama sanak saudara.
Namun bagi seorang pesepak bola, hidangan yang satu ini masuk dalam daftar larangan.
Opor ayam kaya akan santan sehingga mengandung lemak tinggi. Mengonsumsi dalam jumlah berlebihan bisa menaikkan berat badan dan menurunkan stamina.
Baca juga: Tim Bulu Tangkis Indonesia Rayakan Idul Fitri di Manila
Ada cerita menarik soal opor ayam ini bagi beberapa pelaku di lapangan hijau, seperti yang dirasakan pelatih Persik Kediri, Javier Roca dan kiper Arema FC, Teguh Amiruddin.
Javier Roca memiliki istri orang Indonesia, lebih tepatnya berasal Solo. Setiap Lebaran, ia pun ikut merayakannya bersama keluarga sang istri.
Di sela-sela silaturahmi tersebut, Javier Roca banyak dihadapkan dengan berbagai hidangan khas Lebaran, termasuk opor ayam.
Sebagai profesional, Javier Roca pun menjaga kondisi tubuh, tapi saat Lebaran seakan menjadi pengecualian.
Baca juga: Dari Liverpool hingga AC Milan, Klub-klub Eropa Ucapkan Selamat Idul Fitri
Sebab, menyantap opor ayam dirasa menyempurnakan kegiatan silaturahmi dengan keluarga.
“Hari raya Lebaran itu seperti Natal di Chile, semua keluarga berkumpul dan menikmati sajian makanan khas,” ujar pelatih asal Chile kepada Kompas.com.
“Saya suka makanan khas Lebaran lontong opor ayam dan kue kering nastar, kastengel dan lapis legit.”
“Sekarang saya sedang berada di Solo bersama dengan keluarga saya,” imbuhnya.
Javier Roca memang sudah tidak terlalu ketat soal makanan. Ia sekarang sudah menjadi pelatih dan tidak punya kewajiban menjaga stamina dan berat badan.
Namun lain halnya dengan Teguh Amiruddin.
Opor ayam tidak hanya sekadar hidangan khas Lebaran, tapi hidangan yang sudah menjadi tradisi di keluarga besarnya.
Ia bercerita, opor ayam buatan sang ibu wajib ada setiap Lebaran. Terkadang ada beberapa variasi makanan yang dihidangkan, seperti rica-rica mentok (entog) yang juga khas.
Baca juga: Idul Fitri dan Menuju Endemi, Berkumpul Kembali untuk Saling Berbagi
Namun opor ayam tidak pernah tergantikan di keluarganya.
“Makanan favorit saya opor ayam buatan ibu saya. Soalnya waktu kecil dulu sudah dibiasakan kalau Lebaran sebelum halal bihalal harus sarapan. Sarapannya ya opor ayam itu. Sampai sekarang tetap,” cerita penjaga gawang berusia 28 tahun kepada Kompas.com.
Dari sudut pandang pekerjaan, ia menyadari opor ayam masuk daftar makanan yang dilarang.
Namun di sisi lain, baginya Lebaran kurang afdol jika belum menikmati opor ayam buatan sang bunda.
Di sini Teguh Amiruddin pun berkompromi dengan tradisi. Ia ikut menyantap opor ayam buatan sang bunda, tetapi sebagai gantinya akan diet ketat menjaga pola makannya untuk beberapa hari ke depan.
Selain itu, ia juga berolahraga lebih keras setelahnya supaya kondisi fisik tetap terjaga dan prima.
“Ya makanan jadi dijaga semuanya, tidak bisa asal makan. Nanti bisa gemuk kalau kebablasan,” pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.