KOMPAS.com - Peramu taktik Real Madrid, Carlo Ancelotti, baru saja mencatat rekor sebagai pelatih pertama yang mampu juara di lima liga besar Eropa. Bukti kalau sang tukang makan tak pernah kenal kata kenyang.
Gelar juara Liga Spanyol 2021-2022 yang dipastikan Real Madrid saat menang 4-0 atas Espanyol di Santiago Bernabeu, Sabtu (30/4/2022), merupakan bukti lanjutan bahwa Carlo Ancelotti adalah pelatih yang selalu lapar gelar.
Ancelotti paham betul soal rasa lapar. Sebab, ia besar di Reggio Emilia, kawasan utara Italia, tempat asal beragam jenis makanan yang menggugah selera.
Gairahnya akan keju lezat atau pasta sama dengan ambisinya meraih piala.
Baca juga: Real Madrid Vs Espanyol, Ancelotti dalam Sejarah 5 Liga Top Eropa
Ancelotti kini menjadi satu-satunya pelatih di muka bumi yang mampu menjadi juara di lima liga besar Eropa.
Dalam kariernya sebagai pelatih, Ancelotti menyabet titel scudetto bareng AC Milan (2003-2004) dan juara Premier League bersama Chelsea (2009-2010).
Lalu, ia menjadi kampiun Ligue 1 kala membesut PSG (2012-2013), menduduki takhta tertinggi Bundesliga saat menukangi Bayern Muenchen (2016-2017), lalu meraih gelar LaLiga dengan Real Madrid (2021-2022).
Sebenarnya, pelatih asal Kroasia, Tomislav Ivic, juga pernah juara di lima liga Eropa berbeda. Namun, Ivic “cuma” menjadi kampiun kala berkarier di liga Yugoslavia, Belanda, Belgia, Portugal, dan Perancis.
Ancelotti jelas ada di kelas yang berbeda, jika turut melihat tiga titel Liga Champions yang diraihnya kala membesut AC Milan (2003, 2007) dan Real Madrid (2014).
Pertautan Ancelotti dengan piala seperti terjadi secara alami. Pria yang akrab disapa Carletto itu tumbuh di lingkungan agraris.
Orangtuanya adalah petani. Ancelotti kecil mengakrabi produk-produk unggulan pertanian dan peternakan di area tempat dirinya dilahirkan dan tumbuh besar, Reggiolo, Reggio Emilia, Italia.
“Ini mungkin akan terdengar sedikit aneh, namun pertanian dan sepak bola punya banyak kesamaan,” kata Ancelotti.
“Anda butuh waktu, kesabaran, dan perencanaan,” ujarnya lagi dalam buku biografinya “Carlo Ancelotti: The Beautiful Game of an Ordinary Genius” karya Alessandro Alciato.
Dalam bahasa aslinya, bahasa Italia, judul biografi Ancelotti itu adalah “Preferisco La Coppa”.
Baca juga: Hasil Real Madrid Vs Espanyol: Pesta Empat Gol, Los Blancos Juara Liga Spanyol!
Ancelotti sangat bangga dengan asal-usulnya. Sebagai informasi, la coppa adalah daging babi awetan, produk khas peternakan Reggio Emilia.
Namun, dalam bahasa italia, “la coppa” juga bermakna piala, sesuatu yang lantas mengakrabi karier Ancelotti sebagai pesepak bola profesional dan pelatih.
"Preferisco la coppa" berarti saya lebih menyukai piala, atau bisa pula daging babi awetan khas Reggio Emilia, tergantung bagaimana Anda akan memaknainya. Kalau Ancelotti yang ditanya, jelas dia akan menjawab suka dua-duanya.
Selama menjadi pesepak bola, Ancelotti punya tiga gelar juara Liga Italia dan sepasang titel Liga Champions.
Kala melanjutkan karier sebagai pelatih, rasa laparnya terjaga. "Coppa" demi "coppa" ia lahap.
Titel juara LaLiga, kompetisi kasta teratas Liga Spanyol, musim 2021-2022 adalah yang terbaru.
Ia punya lima gelar juara liga dan tiga trofi Liga Champions dalam kapasitasnya sebagai juru latih.
Ancelotti makin "gemuk" karena ia turut melahap titel Piala Intertoto (1999), Coppa Italia (2003), Supercoppa Italiana (2004), Piala Super Eropa (2003, 2007, 2014), dan Piala Dunia Klub (2007, 2014).
Titel Piala FA (2010), Community Shield (2009), Copa del Rey (2014), DFL Supercup (2016, 2017), dan Supercopa de Espana (2022) menambah sesak “perut” Ancelotti.
Baca juga: Real Madrid Vs Espanyol: Ancelotti Percaya Takhayul, Bikin Perumpamaan Pemain Tenis
Kendati bergelimang prestasi, Ancelotti tetaplah pria sederhana yang dikenal anak asuhnya sebagai penggila tortellini, jenis pasta khas Reggio Emilia.
“Dia sering duduk di restoran bersama keluarganya selama satu jam setengah setelah pertandingan dan makan tortellini,” kata Philipp Lahm, eks anak asuh Ancelotti di Bayern Muenchen pada rentang 2016-2017.
“Tumbuh sebagai putra petani di Reggiolo Italia Utara, Ancelotti terbiasa membantu di ladang saat muda. Dia mewujudkan apa yang mungkin dalam sepak bola.”
“Anda bisa datang dari bawah, menuju puncak, dan bersinar di panggung besar. Namun, dia tak pernah menganggap dirinya terlalu serius,” tulis Lahm dalam sebuah kolom di The Guardian.
Kecintaan Ancelotti kepada la coppa, keju parmesan, mortadella (sosis ala Italia), cuka balsamic, sampai tortellini memungkinkannya untuk rileks.
Legenda AC Milan, Paolo Maldini, berkisah bahwa pada malam sebelum final Liga Champions, Ancelotti tak mengobrol taktik. Ia justru membahas menu panggangan makan malam.
“Saat dia duduk dan menggenggam pisau serta garpu, Anda butuh pengusir setan untuk membuatnya berhenti,” kata Paolo Maldini soal Ancelotti si tukang makan.
Ancelotti adalah sosok yang menikmati hidup. Ia tak dikenal sebagai pelatih dogmatis layaknya Pep Guardiola, atraktif di pinggir lapangan seperti Juergen Klopp, atau inovatif macam Marcelo Bielsa.
Walau begitu, kesederhanaan Ancelotti adalah faktor yang membuat sang pelatih 62 tahun itu begitu disegani.
Baca juga: Kata Ancelotti dan Vinicius Jr soal Penalti Panenka Benzema
Ia tahu caranya memanusiakan anak asuhnya. Ketika pelatih lain menjejali pemain dengan diagram dan statistik, Ancelotti bisa memukau pasukannya dengan sajian anggur serta keju nikmat.
Pemain tak melulu ia perlakukan sebagai atlet, tapi juga manusia yang butuh mengudap makanan lezat dan melakoni obrolan hangat di meja makan.
“Dia menikmati hidup dan itu sangat membantu kami,” kata Paolo Maldini terkait kolaborasi bersama Ancelotti di AC Milan pada periode 2001-2009.
Tak heran jika Ancelotti mendapatkan respek luar biasa dari para bintang besar. Mulai dari Maldini, David Beckham, Zlatan Ibrahimovic, hingga deretan Galacticos Real Madrid yang pernah memuat nama Cristiano Ronaldo.
Konsep Ancelotti soal sepak bola pun simpel. Tak jauh-jauh dari makanan.
“Sepak bola seperti melakukan santap siang bersama teman. Semakin banyak makan, semakin Anda merasa lapar,” katanya dalam biografi “Carlo Ancelotti: The Beautiful Game of an Ordinary Genius”.
Ancelotti baru saja “makan” trofi Liga Spanyol 2021-2022, coppa alias piala nomor ke-22 yang diraihnya sebagai pelatih. Sekarang, jangan lagi heran kalau mendapati Carletto masih merasa lapar.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.