KOMPAS.com - Klub-klub Liga 1 mengaku menuemukan banyak dampak positif setelah menggunakan Electronic Performance Tracking System (EPTS) atau alat bantu perekam performa pemain.
Melalui alat ini, tim kepelatihan mendapatkan banyak wawasan baru yang bisa digunakan untuk memaksimalkan potensi pemain di dalam lapangan.
Pengadaan alat untuk melacak pergerakan pemain di lapangan tersebut merupakan kerjasama antara PT Liga Indonesia Baru (LIB) dengan perusahaan sports science, Fitogether.
Alat ini sendiri pertama kali digunakan oleh pelatih Shin Tae-yong di Timnas Indonesia.
Pada putaran kedua Liga 1 2021-2022, sistem tersebut diperkenalkan ke klub melalui program kerjasama antara PT LIB dan FItogether.
Baca juga: Usai Perkenalkan Irsyad Maulana dan Syaeful Anwar, Arema Masih Simpan Kejutan
Salah satu klub yang menggunakan EPTS ini adalah Arema FC.
Tim analisis Arema FC, FX Yanuar, mengatakan sangat terbantu karena EPTS bisa menyediakan data yang lengkap mengenai pergerakan pemain dalam pertandingan maupun latihan.
“Jadi, bisa tracking kecepatan, jangkauan lari, serta kecepatan maksimal seorang pemain,” ujar analisis berusia 39 tahun tersebut kepada Kompas.com.
Meski demikian, FX Yanuar menerangkan bahwa data-data yang disuguhkan tidak bisa menjadi acuan tunggal untuk menentukan kualitas pemain.
Data tersebut harus disandingkan dengan aspek-aspek penilaian lainya supaya lebih sempurna.
“Sebagai data pendukung saja untuk menilai performa pemain. Namun, data itu harus tetap dikomparasikan dengan permainan yang dilihat secara langsung,” terangnya.
Karena banyak keuntungan, ia mengungkapkan Arema FC bakal mengoptimalkannya.
“Selama latihan dan pertandingan kami pakai terus. Rencana musim depan akan lebih kami detailkan penggunaannya,” tutur mantan pemain Persela lamongan itu.
Baca juga: Mengenal Referee Assessor, Garda Depan yang Menekan Kontroversi Wasit di Liga 1
Testimoni positif juga diungkapkan oleh Borneo FC.
Media Officer Borneo FC, Brili Sanjaya, mengungkapkan bahwa EPTS Ini menyuguhkan data-data dan statistik performa permainan pemain secara individu.
Karena disuguhkan dalam bentuk data, maka proses evaluasi kepada pemain pun lebih terukur.
“Alat ini melihat pergerakan pemain. Bisa terpantau posisinya selama pertandingan, berapa kali melakukan sprint, dsb. Jadi, pemain malas atau yang tidak banyak berkontribusi ketahuan,” ujar Brili.
“Alat ini juga bisa tahu kapan seorang pemain melakukan dribble sukses maupun gagal. Sangat membantu tim, hasil itu terus digabungkan dengan statistik sebagai perbandingan dengan klub lawan,” pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.