KOMPAS.com - Berbagai peristiwa kontroversial mengiringi turnamen Piala Afrika 2021 yang sudah dimulai sejak 9 Januari 2022.
Terkini, delapan orang dilaporkan tewas akibat kerusuhan yang terjadi di luar Stadion Olembe, Kamerun, pada Selasa (25/1/2022) dini hari WIB.
Insiden itu bertepatan dengan pertandingan babak 16 besar Piala Afrika 2021 yang mempertemukan tuan rumah Kamerun melawan Komoro.
Kerusuhan yang memakan korban jiwa itu bukan satu-satunya peristiwa kontroversial yang terjadi selama penyelenggaraan Piala Afrika 2021.
Baca juga: Ada “Murid Jahat” Mourinho di Balik Kejutan Gambia di Piala Afrika
Berikut KOMPAS.com merangkum empat perisitiwa atau pernyataan kontroversial yang terjadi selama Piala Afrika 2021:
BBC Sports melaporkan delapan orang tewas dan 38 orang luka-luka akibat kerusuhan yang terjadi di Stadion Olembe.
Penyebab insiden berdarah itu adalah penonton yang membludak dan juga minimnya akses atau fasilitas masuk ke Stadion Olembe.
Kapasitas Stadion Olembe yang terletak di Ibu Kota Kamerun, Younde, sebenarnya mencapai 60.000 penonton.
Namun, jumlah penonton dibatasi menjadi hanya 80 persen dari kapasitas maksimal karena pandemi virus corona.
Menurut panitia penyelanggara, ada sekitar 50 ribu orang yang mencoba masuk ke stadion untuk menyaksikan pertandingan timnas Kamerun vs Komoro.
Baca juga: Piala Afrika 2021, Korban Tewas Akibat Kerusuhan di Stadion Bertambah
Padahal, pertandingan timnas Kamerun vs Komoro hanya diperbolehkan disaksikan oleh 48 ribu penonton.
Kerusuhan pada akhirnya tidak terhindarkan.
Banyak video memperlihatkan puluhan orang harus saling dorong dan injak berdesak-desakan untuk masuk ke Stadion Olembe.
Six people are reported to have been killed and dozens hurt in a crush outside a stadium hosting an Africa Cup of Nations match in Cameroon.
Video footage showed football fans struggling to get access to the Paul Biya stadium in a neighbourhood of the capital Yaounde. pic.twitter.com/a6WLbFZORj
— Charles Ayitey (@CharlesAyitey_) January 24, 2022
Salah satu jurnalis Denmark yang hadir di Stadion Olembe, Buster Emil Kirchner, menyebut banyak orang yang tidak memiliki tiket juga memaksa masuk.
"Situasi di sana sangat kacau. Banyak orang berlarian, memanjat pagar, dan menerobos barikade keamanan," kata Buster dikutip dari situs BBC.
"Banyak orang yang tidak memiliki tiket memaksa masuk ke stadion," ujar Buster menambahkan.
Baca juga: Hasil 16 Besar Piala Afrika: Gambia Bikin Kejutan, Kamerun ke Perempat Final
Kerusuhan di luar Stadion Olembe kali ini tentu mencoreng nama Kamerun selaku tuan rumah Piala Afrika 2021.
Sebab, ini merupakan peristiwa berdarah kedua yang terjadi di negara tersebut selama perhelatan Piala Afrika 2021.
Beberapa waktu lalu, setidaknya ada 17 orang tewas akibat kebakaran yang dipicu oleh serangkaian ledakan di sebuah klub malam di Yaounde pada Minggu (23/1/2022) waktu setempat.
Di tengah kerusuhan yang terjadi di luar Stadion Olembe, timnas Kamerun sukses menumbangkan Komoro 2-1 untuk memastikan tiket perempat final Piala Afrika 2021.
Kinerja wasit Janny Sikazwe pada laga pembuka Grup F antara Tunisia vs Mali menjadi kontroversi lainnya yan terjadi pada Piala Afrika 2021.
Bagaimana tidak, Janny Sikazwe tercatat meniup peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan sebanyak dua kali ketika waktu normal sebenarnya belum berakhir.
Pertandingan Tunisia vs Mali itu berlangsung di Stadion Limbe Omnisport, Kamerun, pada Rabu (12/1/2022) malam WIB.
Laga Tunisia vs Mali pada awalnya berlangsung normal. Mali berhasil unggul pada menit ke-48 berkat eksekusi penalti Ibrahima Kone.
Kekacauan kemudian terjadi ketika Janny Sikazwe meniup peluit panjang ketika pertandingan masih memasuki menit ke-85.
Kubu Tunisia yang sedang berusaha mengejar ketertinggalan kemudian langsung melancarkan protes ke Janny Sikazwe.
Baca juga: Piala Afrika, Lawan Kamerun Terpaksa Bermain Tanpa Kiper karena Badai Covid
[VIDEO]: Zambian referee Janny Sikazwe ended the match between Mali & Tunisia in the 85th minute, restarted it, before ending it in the 89th minute. #AFCON2021 pic.twitter.com/XhhmhahpHb
— The African Voice (@teddyeugene) January 12, 2022
Mendapatkan protes dari kubu Tunisia, Janny Sikazwe memutuskan untuk melanjutkan pertandingan.
Namun, Janny Sikazwe kembali membuat dua keputusan kontroversial.
Pertama, wasit asal Zambia itu menghukum pemain Mali, El Bilal Toure, dengan kartu merah untuk pelanggaran yang dinilai tidak berbahay.
Dikutip dari situs ESPN, Janny Sikazwe mempertahankan keputusan itu meskipun hasil tinjauan Video Assistant Referee (VAR) menilai Toure sejatinya tidak layak mendapat kartu merah.
Beberapa saat setelah mengusir Toure, Janny Sikazwe kembali meniup peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan untuk kedua kalinya.
Keputusan Janny Sikazwe mengakhiri pertandingan kembali diprotes oleh kubu Tunisia.
Sebab, Janny Sikazwe lagi-lagi meniup peluit panjang ketika waktu normal masih belum berakhir.
Berdasarkan laporan, Sikazwe meniup peluitnya ketika pertandingan berjalan 89 menit 40 detik.
Baca juga: Aljazair Tersingkir dari Piala Afrika, “Liburan Spesial” Riyad Mahrez Dituding Biang Kegagalan
Meski terus mendapatkan protes, Sikazwe tidak lagi melanjutkan pertandingan seperti sebelumnya.
Para pemain Tunisia dan Mali pada akhirnya masuk ke ruang ganti.
Beberapa menit menjelang konfrensi pers pasca-laga, Federasi Sepak Bola Afrika (CAF) memutuskan pertandingan Tunisia vs Mali harus dilanjutkan.
Pergantian wasit pun dilakukan untuk merampungkan sisa pertandingan yang berdasarkan laporan Sky Sports, tinggal tersisa tiga menit.
Mengetahui informasi itu, para pemain Mali langsung kembali ke lapangan.
Namun, pertandingan tidak bisa dilanjutkan karena skuad Tunisia tak kunjung masuk ke lapangan meski sudah ditunggu wasit pengganti.
Melihat situasi ini, wasit pengganti bersama panitia pertandingan memutuskan untuk sekali lagi mengakhiri laga dengan hasil akhir 1-0 untuk kemenangan Mali.
Kontroversi juga terjadi pada laga Grup F Piala Afrika antara Mauritania vs Gambia, Rabu (12/1/2022) waktu setempat.
Pihak yang disorot kali ini adalah panitia penyelenggara pertandingan Mauritania vs Gambia.
Sebab, panitia penyelenggara justru memutar lagu kebangsaan Gambia saat giliran timnas Mauritania.
Kesalahan itu dilakukan panitia penyelenggara tidak hanya sekali, melainkan dua kali.
Baca juga: Hasil 16 Besar Piala Afrika: Kejutan Tunisia dan Drama Burkina Faso Vs Gabon
Pada akhirnya, timnas Mauritania terpaksa menyanyikan lagu kebangsaan mereka tanpa iringan musik.
Kejadian itu menjadi semakin menarik karena permasalahan serupa tidak terjadi ketika lagu kebangsaan Gambia diputar.
Terlepas dari kontroversi di atas, pertandingan tetap berjalan dengan hasil akhir 1-0 untuk kemenangan timnas Gambia.
Pelatih timnas Malawi, Mario Marinica, mengecam panitia penyelenggara Piala Afrika 2021 karena perbedaan fasilitas antar tim.
Mario Marinica protes karena persiapan timnya selama Piala Afrika 2021 terganggu banyak insiden mulai dari keracunan makanan, kekuarangan bahan pokok, hingga kesulitan mendapatkan akses untuk mencuci pakaian.
Pelatih berpaspor Rumania itu meyakini bahwa pihak penyelenggara Piala Afrika 2021 hanya mementingkan tim-tim besar saja.
Mario Marinica bahkan sampai membandingkan kondisi yang diterima timnya dengan kapten timnas Senegal, Sadio Mane.
Baca juga: Piala Afrika 2021: Bawa Senegal Atasi Zimbabwe, Mane Selamat dari Santet
“Anda tidak akan melihat Sadio Mane mencuci celana dalamnya sendiri dan menggantungnya di semak-semak hingga kering,” kata Marinica, dikutip dari ESPN.
"Gambia memiliki masalah yang sama, dan ada standar berbeda di sini. Setiap tim diperlakukan secara berbeda,” tutur Marinica.
“Pertanyaan tertentu harus diajukan: mengapa hal ini terjadi pada kami, mengapa hanya pada tim yang lebih kecil, mengapa hanya Komoro, Gambia, dan kami?” ujar Marinica menambahkan.
Lebih lanjut Marinica menjelaskan bahwa timnya harus mencuci pakaiannya sendiri lantaran staf di Hotel Valle de Bana, Bafoussam, tak bisa memberikan fasilitas mendasar yang memadai.
Marinica juga mengeluhkan makanan yang diberikan pihak hotel maupun panitia penyelenggara Piala Afrika 2021.
“Saya telah meminta pimpinan tim untuk mengajukan komplain secara resmi,” kata Marinica.
“Saya mengeluh kepada menajer hotel. Kami mengalami hal kurang menyenangkan selama tiga hari sebelum semuanya selesai,” tutur Marinica.
“Kami tinggal di fasilitas yang sama sebelumnya dan saya terkejut karena kami tidak memiliki cukup makanan," ujar Marinica.
“Kami diperlakukan bak warga kelas dua. Anda tidak bisa membiarkan ini terjadi pada kompetisi seperti Piala Afrika,” kata Marinica menambahkan.
Terlepas dari berbagai komplain, timnas Malawi asuhan Marinica berhasil lolos ke babak 16 besar Piala Afrika 2021 dengan status peringkat ketiga Grup D.
Pada babak 16 besar, timnas Malawi akan menghadapi Maroko yang lolos ke fase gugur dengan status juara Grup C.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.