DENPASAR, KOMPAS.com - Terlepas dari kritik mengenai sarana dan prasarana stadion serta lapangan latihan, penyelenggaraan Liga 1 2021-2022 ikut dirasakan positif masyarakat Bali.
Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Made Pasek Wijaya, legenda sepak bola Tanah Air sekaligus warga asli Pulau Dewata.
Sebagai masyarakat lokal, Made Pasek Wijaya mengungkapkan kondisi perekonomian Bali kolaps karena pandemi.
Selama ini, masyarakat setempat memang banyak mengandalkan pariwisata sebagai sumber pendapatan utama. Roda perekonomian masyarakat sangat bergantung pada kehadiran tamu.
Dua tahun terakhir ini pun menjadi masa-masa sangat sulit. Akses wisatawan mancanegara dibatasi ketat, begitu pula dengan wisatawan lokal.
Baca juga: Di Balik Keluhan Fasilitas Seri 4 Liga 1, Ada Rumput Lapangan yang Diacungi Jempol
Made Pasek Wijaya tahu sendiri karena sang istri bekerja di bidang perhotelan di Bali. Pendapatan sangat minim karena karyawan hotel hanya dibayar setiap datang bekerja sesuai jadwal datang.
Sehingga, penyelenggaraan seri 4 dan 5 Liga 1 2021-2022 yang diikuti 18 klub menjadi angin segar.
“Sangat bagus Seri 4 dan seri 5 Liga 1 dilaksanakan di Bali karena ekonomi Bali selama dua tahun ini terpuruk sekali. Bali kan mengharapkan pariwisata utamanya,” ujar pesepakbola yang kini menjadi pelatih Elite Pro Academy Bali United kepada Kompas.com.
“Sangat bagus Liga 1 diputar di Bali karena bisa menghidupi ekonomi. Walau tidak secara keseluruhan, hotel-hotel memiliki pemasukan untuk dua bulan ke depan sehingga bisa menghidupi karyawan-karyawannya.”
“Selama ini kan 50 persen belum ada pemasukan hotel-hotel, dengan adanya Liga 1 ini bagus sekali menguntungkan bagi ekonomi rakyat di Bali,” imbuhnya.
Baca juga: Liga 1, Cerita di Balik Permasalahan dan Kreativitas Tim Broadcasting di Stadion
Penyelenggaran seri 4 dan 5 tanpa disadari banyak melibatkan pengusaha lokal di Pulau Dewata.
Klub peserta dan pihak yang berkepentingan membutuhkan akomodasi, transportasi, konsumsi, dan kebutuhan penunjang lainnya untuk waktu cukup lama.
Apalagi, muncul wacana dari PT LIB untuk menggelar pertandingan dengan penonton.
Diharapkan, rencana ini bisa menjadi daya tarik yang mengundang lebih banyak lagi pihak datang ke Bali.
Dengan kegiatan ini, kehidupan ekonomi akan dimulai kembali.
Mulai dari proses produksi yang melibatkan pekerja, penyediaan bahan baku dari supplier dan terus berkesinambungan dan menggurita.
Diharapkan stimulus ini tidak hanya memutar kembali roda ekonomi di masyarakat, namun juga menjadi titik balik kebangkitan ekonomi masyarakat sesuai dengan visi misi penyelenggaraan kompetisi Liga 1 2021-2022.
Selain itu, keberadaan kompetisi di Bali juga diyakini memberikan dampak pada perkembangan sepak bola lokal.
Made Pasek Wijaya menjelaskan antusiasme masyarakat, terutama anak-anak muda, terhadap sepak bola sangatlah tinggi.
Baca juga: Irfan Jaya Sudah Diincar Bali United sejak Pekan Kedua Liga 1
Di luar tanggung jawabnya sebagai pelatih pendidikan usia dini Bali United, dia juga sering mendapatkan permintaan untuk latihan pribadi.
Namun, karena pandemi ini semua kegiatan sepakbola sempat dihentikan total.
Dia yakin pelaksanaan Liga 1 2021-2022 ini akan menjadi motivasi tambahan yang dapat dirasakan langsung.
“Semenjak Bali United bermarkas disini antusias anak-anak semakin tinggi, SSB dan akademi disini menjadi ramai. Apalagi ada kompetisi EPA (Elite Pro Academy) mulai kelompok usia 16, 18, 19 dan 20 membuat motivasi mereka bertambah.”
“Tanpa penonton kurang antusias, tapi masyarakat di Bali tetap semangat dengan menonton di rumah,” pungkas bapak dari Andika Wijaya, pemain Bali United.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.