PADA 14 hingga 26 Februari 2022, kompetisi batasan usia bernama AFF U22 Youth Championship atau lebih kita kenal sebagai Piala AFF U23 digelar di Kamboja. Status Indonesia adalah juara bertahan yang menjadikan pelatih Shin Tae-yong sebagai sorotan.
Setelah Piala AFF 2020 digelar di Singapura akhir 2021 hingga awal 2022, panggung sepak bola Asia Tenggara kembali bergeliat.
Seperti biasa, publik sepak bola di Tanah Air bereaksi menyambut aksi pemain muda Indonesia yang telah memicu perhatian di level senior ketika membela Piala AFF 2020.
Bila dengan mengandalkan banyak pemain muda berusia di bawah 25 tahun penampilan Indonesia menyita perhatian dan mencapai final, tidakkah pelatih Shin Tae-yong pantas membawa Garuda U23 mempertahankan gelar juara?
Diskusi dan bincang-bincang tentang ajang Piala AFF U23 mulai memanas di Tanah Air.
Baca juga: Alasan Shin Tae-yong Enggan Bikin Timnas Indonesia Penuh Pemain Keturunan
Maklum, ketika tim nasional berstatus senior tidak memberikan gelar juara, Garuda Muda jadi tumpuan pecinta sepak bola di Tanah Air melepaskan kekecewaan.
Setelah gelar juara Piala AFF U19 2013 berhasil dipersembahkan tim asuhan Indra Sjafri, pelatih yang sama kembali memberikan gelar untuk AFF U23 di edisi kedua kejuaraan pada 2019.
Level U16 di kawasan Asia Tenggara pun disabet tim asuhan Fakhri Husaini pada 2018 dengan mengalahkan Thailand lewat adu penalti.
Untuk pertama kali sejak kejuaraan digelar 2002, Indonesia menjuarai Piala AFF U16.
Dahaga menanti gelar juara tim senior seolah diwakili oleh tim muda. Pantaskah kita menuntut gelar juara kepada pesepak bola muda yang sesungguhnya dalam pembentukan menjadi pemain tim nasional senior?
Pertanyaan kemudian, setelah gagal di final Piala AFF 2020, apakah target pelatih Shin Tae-yong adalah kewajiban untuk mempertahankan gelar juara Piala AFF U-23?
Mari kita bertanya, benarkah kejuaraan yang akan digelar untuk ketiga kali pada 14-26 Februari 2022 di Kamboja menjadi tolak ukur kinerja Shin Tae-yong di Tanah Air?
Baca juga: Shin Tae-yong dan Budaya Santai Timnas Indonesia
Bukankah awal kerja sama PSSI dengan Shin Tae-yong lebih kepada peran pria Korea Selatan itu sebagai manajer untuk pelatih semua tingkatan tim?
Sangat tidak masuk akal bila pelatih kelas Piala Dunia seperti Shin Tae-yong hanya punya incaran gelar juara di kawasan Asia Tenggara, apalagi level tingkatan usia.
Tidak adakah arti keberhasilan coach Shin ketika membawa Korsel menundukkan Jerman 2-0 di Piala Dunia 2018 dalam level tingkat kepuasan kita di Tanah Air?
Coach Shin tidak boleh hanya fokus menangani tim nasional untuk pertandingan, melainkan mempersiapkan program dan pelatih-pelatih nasional yang menjaga, mengawal, serta menjalankan program tersebut.
Program jangka panjang.
Tidak boleh ada peluang ambisi memetik sebelum menjalankan proses menanam dan menjaga bibit potensial. Setuju?
Ketika tim nasional senior tak kunjung memberikan gelar juara di level Asia Tenggara, tak pernah juara di Piala Tiger/AFF dan terakhir kali meraih medali emas SEA Games 31 tahun lalu (SEAG 1991), pelampiasan kita adalah kejuaraan tingkat usia?
Kemudian, adakah terlintas menyamakan pencapaian tingkat usia di Asia Tenggara itu dengan level timnas senior demi memuaskan dahaga gelar juara?
Ada bisik-bisik di sebelah mengatakan begini, "Kalau hanya untuk juara Piala AFF U23, gak usah memakai Shin Tae-yong. Pelatih lokal terbukti bisa membawa tim kita juara mengalahkan Thailand."
Baca juga: Jadwal Timnas Indonesia: Dua Kali Lawan Bangladesh Saat Liga 1 Libur
Pendapat yang tidak bisa disalahkan. Indra Sjafri membawa Indonesia U23 menekuk Thailand yang dilatih Alexandreda Da Gama Lima (Brasil) di final dengan skor 2-1.
Sempat tertinggal 0-1 oleh gol Saringkan di menit ke-57, Indonesia menyamakan kedudukan lewat Sani Rizki dua menit kemudian. Lalu, gol Osvaldo Ardiles Haay membawa Indonesia unggul 2-1 dan bertahan hingga akhir laga.
Dari tim Indra Sjafri di 2019 itu, Shin Tae-yong masih memanggil Asnawi Mangkualam Bahar (22 tahun), Witan Sulaeman (20), hingga Rachmat Irianto (22) yang tampil apik di Piala AFF 2020.
Apakah kita tidak memilih menunggu kelahiran bintang-bintang muda baru era Shin Tae-yong seperti halnya 3 pemain di atas era Indra Sjafri?
Adalah wajar publik sepak bola nasional menunggu polesan Shin Tae-yong terhadap pemain muda seperti Ronaldo Kwateh atau Marselino Ferdinan.
Artinya, kelahiran pesepak bola muda dengan kualitas bermain mumpuni dipersiapkan untuk menjadi pilar tim senior menemani Asnawi dkk.
Target demi target Shin Tae-yong yang diperbincangkan di komunitas sepak bola tentu termasuk gelar juara Piala AFF 2020, medali emas SEA Games tahun ini yang digelar di Vietnam, Piala AFF 2022, hingga kesuksesan Indonesia sebagai tuan rumah tampil di Piala Dunia U-20 tahun 2021 yang digeser ke 2023.
Sesungguhnya, apakah target kerja dari PSSI kepada Shin Tae-yong dan tim pelatih nasional saat ini?
Kontrak Shin Tae-yong dikabarkan hingga Desember 2023 walau evaluasi terhadap hasil kerjanya tetap dilakukan per turnamen.
Alangkah bahaya bila evaluasi itu termasuk target keharusan juara di Piala AFF U-23 tahun ini. Bagaimana bila event di Kamboja 14-26 Februari 2022 itu bukan menjadi puncak penampilan yang dipersiapkan Shin Tae-yong dan tim pelatih?
Jangan sampai gagal juara Piala AFF U23 berarti evaluasi yang berujung pemecatan... gawat!
Baca juga: Profil Shalika Aurelia, Pemain Timnas Indonesia Putri Pertama yang Berkarier di Eropa
Rasanya, sungguh sia-sia bila kehadiran Shin Tae-yong dan tim pelatih hanya ditargetkan untuk menjadi juara di kawasan Asia Tenggara.
Ya, memang betul kita belum pernah juara Piala AFF. Ya, memang betul kita tak pernah lagi meraih medali emas sepak bola SEA Games sejak 1991.
Tetapi, dengan potensi besar yang dimiliki bangsa ini dalam sepak bola, tidakkah kita bermimpi untuk berbicara di kejuaraan lebih besar, seperti kembali lolos dan tampil baik di Piala Asia... bahkan meraih tiket ke Piala Dunia?
Peran Shin Tae-yong hendaknya dimaksimalkan sebagai bagian program menanam fondasi sepak bola yang kokoh guna berprestasi di level Asia dan dunia.
Kalau ingin menjadi juara di Piala AFF, biarlah itu bagian proses pembentukan dalam program yang lebih tinggi, bukan target utama Shin Tae-yong di Indonesia, apalagi hanya Piala AFF U23.
Sungguh celaka bila kita mengukur kinerja Shin Tae-yong lewat raihan gelar kejuaraan kelompok usia di kawasan Asia Tenggara alias Piala AFF U23.
Jangan sepelekan arti Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U20 pada pertengahan 2023.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.