Salah satunya adalah kualitas striker lokal yang kurang terasah karena banyak penyerang asing di Liga 1.
"Di tim kami memang posisi yang paling lemah adalah striker," kata Shin Tae-yong dalam konferensi pers yang juga dihadiri Kompas.com.
"Di Liga Indonesia, striker juga lebih banyak memakai pemain asing. Jadi, pemain Indonesia di posisi striker sulit sekali untuk berkembang."
Shin Tae-yong juga menyebutkan bahwa seorang striker harus berjuang ekstra keras.
Baca juga: Juara Tanpa Mahkota, Jejak Indonesia di Piala AFF dari Masa ke Masa
Terlepas dari itu, dia ingin para pemain tak berkecil hati dan menjadikan kritik ini sebagai pemantik untuk semakin lapar mencetak gol.
"Sebagai striker, harus lebih berkerja keras dan lebih berjuang dibanding posisi lainnya. Karena kurangnya itu, jadi dilakukan pergantian," tutur Shin Tae-yong.
"Tetapi, semoga pemain yang digantikan itu jangan sampai patah hati dan frustrasi."
"Jadikan ini sebagai motivasi untuk berkembang lebih dari sekarang," imbuhnya.
Pertandingan leg kedua Thailand vs Indonesia berakhir imbang 2-2 di National Stadium.
Baca juga: Shin Tae-yong: Saya Bangga Melihat Perjuangan Timnas Indonesia!
Thailand berhak menjadi juara Piala AFF 2020 karena unggul agregat 6-2 atas Indonesia.
Sementara itu, meski para striker Garuda tak banyak mencetak gol, posisi-posisi lainnya begitu moncer di Piala AFF 2020.
Adapun timnas Indonesia menyelesaikan turnamen Piala AFF 2020 sebagai tim tersubur dengan gelontoran 20 gol dari delapan laga.
Hal ini menandakan bahwa kolektivitas Garuda cukup baik sehingga banyak pemain terlibat gol selama mengarungi Piala AFF 2020.
Timnas Indonesia asuhan Shin Tae-yong tentu masih bisa berkembang mengingat skuad Garuda mayoritas diisi oleh pemain muda.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.