Dia mengatakan sepak bola itu dinamis dan setiap tim selalu berproses menjadi lebih baik. Jadi tidak relevan jika kemudian menjadikan hasil beberapa tahun kebelakang menjadi acuan hasil saat ini.
“Jadi setiap lawan kita harus respect, karena sepakbola sekarang semua negara maju. Jadi Kamboja dan Laos semua maju. Hanya Indonesia yang masih berfikir setiap ketemu Kamboja kita masih memikirkan pertandingan lima tahun yang lalu, padahal kondisinya sudah berbeda,” katanya.
Begitu pula pemain saat berhadapan dengan tim yang sedang dalam kondisi tidak diuntungkan pemain cenderung gegabah dan tergesa-gesa.
Seperti yang terlihat saat semifinal lawan Singapura mendapatkan kartu merah kedua.
Tim banyak membuat kesalahan karena dengan ceroboh mencoba merangsek ke lini pertahanan. Greg Nwokolo mengatakan beruntung Evan Dimas masuk disaat yang tepat, karena tidak banyak pemain yang bisa mengatur ritme sepertinya.
Kebiasaan ini juga sering ditemukan di kompetisi Indonesia.
“Setiap pertandingan harus respect kepada lawan dan anggap mereka lawan berat, jangan meremehkan siapapun apalagi ketika tim dapat kartu merah,” ujarnya.
“Aku sering lihat di Liga 1 ketika tim lawan dapat kartu merah seperti tidak ada bedanya yang dapat kartu merah dan yang bermain 11 pemain. Karena mainnya lari long pass, lari lagi,” kata pemain naturalisasi asal Nigeria.
Hal-hal ini yang menurut Greg Nwokolo bisa menjadi renungan kembali bersamaan dengan momen Piala AFF 2020. Karena sejatinya di Indonesia punya sebuah kekuatan untuk menjadi yang terbaik.
“Aku tidak kaget. Aku ingin melihat Indonesia menang lawan Thailand. Karena kita punya kemampuan dan kita punya pemain yang bisa.”
“Jadi jangan kaget kalau Indonesia besok menang lawan Thailand, karena pemain-pemain kita punya kualitas,” pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.